Transisi Gaza ini sebaiknya dibaca bukan sebagai jalan damai, melainkan sinetron geopolitik yang menyembunyikan ambisi kolonial Israel dan permainan politik Netanyahu
Pasca serangan Israel yang menewaskan 61 ribu lebih warga Palestina, wacana transisi Gaza ke Mesir dan Yordania muncul sebagai "opsi realistis".Â
Namun, skema ini menimbulkan kecurigaan: apakah benar solusi damai, atau sekadar instrumen Israel untuk mempertahankan kontrol?Â
Tulisan ini menganalisis skenario tersebut dengan meninjau faktor geopolitik, hubungan bilateral, kepentingan regional, serta peran Netanyahu dalam menggunakan isu Gaza untuk menutupi krisis politik domestiknya.
Pendahuluan
Konflik Israel--Palestina merupakan konflik berkepanjangan yang sarat dengan elemen kolonialisme, politik identitas, dan kepentingan geopolitik global.Â
Dalam beberapa bulan terakhir, muncul wacana bahwa Gaza tidak akan langsung diserahkan kepada Otoritas Palestina (di bawah Mahmoud Abbas), melainkan kepada Mesir dan Yordania.
Pertanyaan utama: Apakah skema ini solusi transisi yang netral, ataukah justru strategi Israel untuk menghindari lahirnya negara Palestina yang berdaulat?
Metodologi
Tulisan ini menggunakan pendekatan analisis geopolitik-kritis dengan tiga variabel utama:
1.Motif Israel kontrol politik, keamanan, dan ekonomi.