Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Penulis Multitalenta, Pengamat Sosial, Pemerhati AI, Pelaku Pasar Modal

Penulis multidisipliner yang aktif menulis di ranah fiksi dan nonfiksi. Fokus tulisan meliputi pendidikan, politik, hukum, artificial intelligence, sastra, pengetahuan populer, dan kuliner. Menulis sebagai kemerdekaan berpikir, medium refleksi, ekspresi ilmiah, dan kontribusi budaya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kastil Merah Cinta di Balik Bayangan

14 Agustus 2025   18:42 Diperbarui: 14 Agustus 2025   18:42 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak malam itu, kastil tua itu dikenal oleh penduduk sekitar sebagai tempat yang selalu penuh dengan tawa pria dan wanita, meski bagi mata manusia kastil itu kosong

Alexander Varen, pria Kaukasoid tampan dengan rambut cokelat sedikit basah karena hujan ringan, menatap kastil tua yang baru dibelinya. 

Terletak di puncak bukit terpencil Skotlandia, kastil itu berdiri megah namun penuh aura misteri. 

Dinding batu tua dipenuhi lumut, dan jendela tinggi seperti mata yang mengawasi siapa pun yang datang.

Sejak pertama kali melangkah masuk, Alexander merasa kastil itu... hidup. 

Langit-langit yang menjulang tinggi memantulkan gema langkahnya, dan aroma kayu tua bercampur debu membuatnya tersenyum getir. 

Ia membayangkan malam-malam yang tenang di sini, jauh dari hiruk-pikuk kota, namun malam pertama segera membawanya ke dunia yang tak pernah dibayangkan.

---------------

Di lorong panjang, lampu gantung berayun pelan, dan dari balik bayangan muncul sosok wanita bergaun merah. 

Baca juga: Aku Memilihmu

Rambut hitamnya panjang, mata gelap dan memikat, kulitnya pucat seperti porselen, namun tatapannya membakar hati Alexander.

"Siapa kamu?" tanya Alexander, suaranya nyaris hilang di antara gema lorong.

"Aku menunggumu," jawab wanita itu, suaranya lembut, seperti melodi yang mengalir di antara angin malam.

---------------

Hari demi hari, Alexander mulai merasakan obsesi yang aneh---ia menunggu kemunculan wanita itu, memperhatikan bayangannya di cermin, mendengar langkah yang tak terlihat. 

Kastil yang dulu terasa sepi kini penuh bisikan 

dan aroma mawar yang menyesakkan dada.

---------------

Suatu malam, Alexander memutuskan mengikuti suara itu. Ia menelusuri tangga berderit, melewati perpustakaan tua yang penuh buku berdebu, hingga tiba di ruang balai yang luas. 

Di sana, wanita bergaun merah menari sendiri, bayangan cahaya lilin menari di dinding.

"Datanglah," bisiknya, tangan terulur. "Aku bisa bersamamu selamanya."

Alexander melangkah maju, hatinya berdetak tak terkendali. Ia tahu sesuatu terasa salah, tapi obsesi mengalahkan rasa takutnya. 

Saat tangannya menyentuh gaun merah itu, bayangan kastil bergetar, dinding berdecit, dan cahaya lilin menari liar.

Wanita itu tersenyum, namun gaunnya mulai memudar, seolah menyerap seluruh cahaya di ruangan. 

Alexander merasakan tubuhnya ditarik ke dalam bayangan, dunia nyata menghilang. Namun bukan rasa takut yang ia rasakan, melainkan cinta yang mendalam dan membara---obsesi yang tak bisa dipisahkan dari sosok itu.

---------------

Sejak malam itu, kastil tua itu dikenal oleh penduduk sekitar sebagai tempat yang selalu penuh dengan tawa pria dan wanita, meski bagi mata manusia kastil itu kosong. 

Alexander dan wanita bergaun merah kini terperangkap dalam dimensi yang tak terlihat, cinta dan obsesi mereka membentuk bayangan yang hidup, abadi di kastil tua di puncak bukit.

Dan setiap orang yang lewat merasa hawa dingin dan aroma mawar, seolah menyapa dua jiwa yang telah menyatu---saling tergila-gila dalam cinta horor yang abadi.

TAMAT

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun