Aku sadar bahwa semua janji manis di awal hubungan hanyalah bayangan
Pagi itu, meskipun matahari belum benar-benar muncul, cahaya lembut sudah merayap masuk dari jendela kamar kita.
Aku terbangun lebih dulu, tapi bukan karena alarm---melainkan karena kebiasaan lama: ingin melihatmu tidur.
Kamu tidur miring, rambut panjangmu menutupi sebagian wajah, dan bibirmu sedikit terbuka.
Tanganku otomatis membelai ujung ponimu, lalu menyibakkannya pelan.
"Aku nggak pernah bosen lihat kamu," bisikku, meskipun aku tahu kamu nggak dengar.
Beberapa menit kemudian, matamu setengah terbuka.
"Fallan... kamu udah bangun? Nggak capek liatin aku tidur?" suaramu masih serak, tapi hangat.
"Capek sih... capek kalau nggak bisa lihat kamu," jawabku sambil tersenyum nakal.
Kamu mencubit lenganku, pura-pura kesal, lalu memelukku erat.
---------------