Masyarakat adat dan pelaku wisata di Raja Ampat menolak aktivitas pertambangan sebab khawatir dampak negatif lingkungan dan ekonomi lokal yang bergantung pada pariwisata dan perikanan
Indonesia memiliki cadangan nikel yang signifikan, menjadikannya pemain utama dalam industri global, terutama untuk produksi baterai kendaraan listrik.Â
Raja Ampat, yang dikenal sebagai pusat keanekaragaman hayati laut, kini menjadi lokasi ekspansi pertambangan nikel, termasuk oleh perusahaan seperti PT Gag Nikel di Pulau Gag. Â
Dampak Lingkungan
Aktivitas pertambangan nikel di Raja Ampat telah menimbulkan kekhawatiran terhadap kerusakan ekosistem laut.Â
Deforestasi untuk pembukaan lahan tambang menyebabkan sedimentasi yang menutupi terumbu karang, menghambat fotosintesis, dan merusak habitat biota laut.Â
Selain itu, pencemaran logam berat dari limbah tambang mengancam ekosistem mangrove dan padang lamun, serta berpotensi masuk ke rantai makanan manusia melalui konsumsi ikan yang terkontaminasi .Â
Upaya Konservasi dan Tanggung Jawab Sosial
PT Gag Nikel mengklaim menerapkan pendekatan berkelanjutan dalam operasinya, termasuk reklamasi lahan, rehabilitasi daerah aliran sungai, konservasi mangrove dan sagu, serta transplantasi terumbu karang.Â
Perusahaan juga melaksanakan program konservasi penyu sisik dan pemberdayaan masyarakat lokal melalui Program Pemberdayaan Masyarakat (PPM) .Â
Respons Masyarakat dan Tantangan Sosial