Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Penulis Multitalenta, Pengamat Sosial, Pemerhati AI, Pelaku Pasar Modal

Penulis multidisipliner yang aktif menulis di ranah fiksi dan nonfiksi. Fokus tulisan meliputi pendidikan, politik, hukum, artificial intelligence, sastra, pengetahuan populer, dan kuliner. Menulis sebagai kemerdekaan berpikir, medium refleksi, ekspresi ilmiah, dan kontribusi budaya.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Peta Dunia Bernoda Darah Gaza: Bukan Lagi Konflik, Ini Pembantaian

27 Mei 2025   20:55 Diperbarui: 27 Mei 2025   20:57 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi peta dunia bernoda darah dan pengungsi (Sumber gambar: Meta AI)

Kecaman internasional harus disertai langkah nyata untuk mengakhiri penderitaan rakyat Gaza dan membuka jalan bagi perdamaian berkelanjutan


Gaza, wilayah kecil yang padat penduduk dan sejak lama menjadi pusat konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina, kembali mengalami eskalasi kekerasan yang memicu krisis kemanusiaan. 

Ratusan ribu warga sipil terjebak di tengah peperangan, kekurangan pangan, obat-obatan, dan akses listrik. 

Dampak perang juga meluas ke aspek sosial dan ekonomi yang makin memburuk. Krisis ini bukan hanya masalah lokal, tapi sudah jadi perhatian global.

Kecaman Global terhadap Kekerasan

Berbagai negara, organisasi internasional, dan LSM kemanusiaan mengutuk keras eskalasi kekerasan di Gaza. 

Mereka mengecam serangan udara Israel yang menimbulkan korban sipil, terutama anak-anak dan wanita. 

Dewan HAM PBB dan berbagai negara mengingatkan bahwa hak asasi manusia harus dilindungi, bahkan di wilayah konflik. 

Namun, kecaman sering diwarnai ketegangan politik, sehingga sulit mencapai konsensus internasional untuk intervensi efektif.

Tuntutan Tindakan Nyata

Krisis kemanusiaan yang terus memburuk di Gaza menuntut tindakan nyata dari komunitas internasional, yaitu:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun