"Ketika panggung demokrasi telah mereda dari riuh kampanye, dan genderang pemilu tak lagi ditabuh, para aktor utama mulai menghitung ulang peta: bukan lagi suara rakyat yang mereka kejar, melainkan posisi tawar di dalam palung kekuasaan. Inilah momen rekalkulasi, ketika strategi tak hanya bicara ideologi, tetapi tentang siapa duduk di meja makan kekuasaan, dan siapa yang hanya berdiri di ambang pintu."
Di tengah dinamika politik pasca-Pemilu 2024, isu mengenai Megawati Soekarnoputri yang disebut akan menawarkan kerja sama politik kepada Prabowo Subianto menjadi perbincangan hangat.Â
Langkah ini tentu menyita perhatian publik, mengingat sejarah panjang rivalitas sekaligus kerja sama yang pernah terjadi antara keduanya.
Latar Belakang Hubungan PDIP dan Prabowo
PDIP dan Gerindra pernah bekerja sama dalam beberapa momentum politik, terutama saat Megawati dan Prabowo menjadi pasangan capres-cawapres tahun 2009.Â
Namun, rivalitas pun muncul di tahun-tahun berikutnya, termasuk ketika Prabowo maju sebagai capres melawan Jokowi yang diusung PDIP.
Makna Strategis Kerja Sama Politik
Jika benar Megawati membuka pintu kerja sama kepada Prabowo, maka hal ini dapat ditafsirkan sebagai:
- Langkah konsolidasi politik nasional: Demi menjaga stabilitas di tengah masyarakat yang terbelah akibat polarisasi politik.
- Manuver mempertahankan pengaruh: PDIP yang kini bukan bagian dari pemerintahan perlu menjaga eksistensinya dengan tetap dekat pada lingkar kekuasaan.