Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Freelancer - Pelaku Pasar Modal, Pengamat Pendidikan, Jurnalis, Blogger, Writer, Owner International Magazine

Menulis sebagai sebuah Kebahagiaan dan Kepuasan, bukan Materi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Cacar Monyet, Sinyal Peringatan Tuhan atau Hukum Alam Biasa?

25 Mei 2022   07:47 Diperbarui: 25 Mei 2022   08:01 1521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cacar monyet alias monkeypox (pic: wionews.com)

Akibat temuan penyakit yang menyebar di antara pria homoseksual inilah, kemudian otoritas di Inggris mengaitkan antara wabah cacar monyet dengan komunitas LGBTQ. Apalagi ditambah dengan ditemukannya penularan cacar monyet di Spanyol, membuat otoritas setempat juga menutup satu sauna homoseksual yang populer di negara tersebut. 

Tidak mengejutkan bila Madrid bergerak cepat menutup tempat sauna yag menyediakan layanan esek-esek sesama jenis secara cepat, demi mencegah penularan cacar monyet yang telah mencatatkan puluhan kasus infeksi baru.

Namun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terang-terangan membela LGBTQ, dengan menyebut bahwa semua orang berisiko terpapar cacar monyet, bukan hanya penyuka sesama jenis, bahkan orang tua yang merawat anak sakit hingga tenaga kesehatan. Bisa jadi WHO melakukan hal tersebut agar kaum LGBTQ bersedia mencari pengobatan, tidak menutup diri, sehingga wabah dapat terdeteksi. 

Gejala awal cacar monyet yang tidak berbeda jauh dari cacar biasa, pada awalnya tidak terlalu ditakuti, sebab dapat dengan mudah ditangani oleh dokter kulit, karena hanya muncul di muncul di wajah, telapak tangan, dan bagian bawah kaki. Tetapi meskipun telah diobati dengan intensif, tetap dapat meninggalkan bekas lesi yang cukup mengerikan di berbagai tempat sensitif seperti selangkangan, alat kelamin dan lubang anus.

Cacar monyet merupakan temuan kasus mengerikan terbaru yang terkuak dari hubungan intim sesama jenis, setelah 40 tahun lalu HIV/AIDS menjadi momok karena hingga saat ini belum ada satupun obat yang efektif menyembuhkan. Namun momok tersebut sempat teralihkan saat kengerian terhadap pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu mendramatisir.

Ahli penyakit menular di London School of Hygiene and Tropical Medicine, Profesor Jimmy Whitworth, menyebut versi cacar monyet kali ini menyebar dengan cara baru., yakni melalui kontak dekat dengan orang terinfeksi. Penularan masif terjadi sebab virus biasanya menempel pada permukaan tempat tidur, pakaian, atau ekskresi pernapasan, dan juga kulit. 

Mungkinkah wabah yang terjadi sebagai bukti bahwa Tuhan benar-benar marah dan telah muak dengan kelakuan umat manusia yang menyimpang saat ini? ataukah memang dunia telah mendekati hari akhir? Sebab dalam pemikiran realistis dan sesuai nalar, telah banyak terjadi bencana alam yang mengarah pada tanda-tanda bahwa dunia mulai menunjukkan titik nadir akibat kelakuan manusia yang menghuninya.

Sinyal peringatan Tuhan atau hukum alam biasa?

Melelehnya bukit es di Benua Antartika, yang secara pasti akan menambah volume debit air laut, dan banyak terjadinya  bocoran lumpur ke permukaan bumi secara mendadak seperti lumpur Lapindo, juga munculnya terowongan-terowongan lebar dari bawah tanah yang menelan korban jiwa beserta bangunan di atasnya, ataupun gunung-gunung yang kadang bersamaan menunjukkan aktivitasnya, merupakan hal-hal yang patut menjadi pemikiran mendalam.

Berbagai peristiwa yang terjadi diatas bagi orang yang beragama dianggap sebagai sinyal peringatan dari Tuhan tentang akibat kelakuan penghuninya, serta usia dunia yang boleh jadi mendekati hari kiamat. Namun kepercayaan ini akan berbeda jika ditanggapi oleh mereka yang atheis dan tidak mengakui keberadaan Tuhan. Mereka akan cenderung menyebutnya sebagai gejala alam biasa, meskipun pada akhirnya mereka tidak dapat menampik adanya hukum sebab dan akibat.

Jika kita membicarakan tentang LGBTQ atau apapun itu, tentunya tak akan lepas dari hak asasi manusia, namun di balik semua itu, kita juga tidak bisa menampik adanya  hak mutlak Tuhan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun