Mohon tunggu...
Nurul Falah Atif
Nurul Falah Atif Mohon Tunggu... Editor - Editor buku

Nurul Falah adalah seorang pria, editor, dan tinggal di Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Roti Sar'i: Gerakan Politik Elit Muhammadiyah

14 Desember 2016   10:34 Diperbarui: 22 Desember 2016   09:28 1779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

“Ketum Pemuda Muhammadiyah Ajak Jamaah Muhammadiyah Stop Beli Sari Roti”, begitu judul berita di laman intelijen dan eramuslim.

Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak, secara pribadi mengajak jamaah Muhammadiyah, khususnya Pemuda Muhammadiyah, untuk tidak membeli produk “Sari Roti”. Ini imbas Aksi 212. Ajakannya tersebut muncul setelah adanya klarifikasi dari pihak produsen Sari Roti, Nippon Indosari Corpindo Tbk, sehubungan dengan beredarnya informasi mengenai adanya pembagian produk Sari Roti secara gratis oleh penjual roti keliling (hawker tricycle) pada Aksi Super Damai 212.

Intinya, pihak Sari Roti membantah membagi-bagikan roti secara gratis. Tepatnya, produk Sari Roti yang dibagikan gratis tersebut adalah produk yang dibeli oleh seorang konsumen melalui salah satu agen yang berlokasi di Jakarta. Kemudian pihak pembeli tersebut meminta agar produk tersebut diantarkan ke area pintu masuk Monas dan dipasangkan tulisan “gratis” pada gerobak roti, tanpa sepengetahuan dan seizin dari pihak PT Nippon Indosari Corpindo Tbk.

Ajakan Ketum PP Pemuda Muhammadiyah tersebut sepertinya didorong oleh adanya rasa malu para peserta Aksi 212. Diberitakan, pada aksi tersebut ada seorang tokoh ustad yang mengatakan, “Subhanallah, semua gratis, ini kita seperti hidup di surga.” Bahkan di sebuah web yang berafiliasi ke sebuah partai politik yang presidennya terjerat masalah sapi, dibangun sebuah cerita bahwa pedagang roti yang tak punya apa-apa saja ikut membantu memberikan dagangannya secara gratis untuk para mujahid. Tak lupa, “subhanallah” dan “Allahuakbar” pun diselipkan untuk membuat cerita menjadi lebih dramatis. Belakangan mendadak muncul klarifikasi dari pihak Sari Roti tersebut.

Secara pribadi, saya menilai sungguh luar biasa, bahwa ajakan tersebut bisa keluar dari mulut seorang Ketum organisasi Pemuda Muhammadiyah, yang notabene sebagai organisasi otonom (underbow) Muhammadiyah, organisasi terbesar di Indonesia, di samping Nahdlatul Ulama. Terus terang, ajakan tersebut saya nilai jumawa. Klarifikasi dari Sari Roti mestinya tak perlu ditanggapi secara reaktif, kebakaran jenggot. Wajar saja, sebuah usaha bisnis tentu tak mau disangkutpautkan dengan suatu peristiwa yang dinilainya sebagai bernuansa politik. Perusahaan tak mau menanggung risiko bila kemudian terjadi suatu peristiwa huru-hara misalnya, meskipun judulnya adalah Aksi Super Damai.

Lagi pula, ajakan Ketum tersebut saya nilai setengah-setengah, tanggung. Sekalian saja usulkan pada lembaga para ulama itu, bahwa Sari Roti itu makanan tidak halal, mengandung susu babi, tidak mengandung susu unta. Fatwakan saja bahwa Sari Roti itu bukan “Roti Sar’i”. Toh di lembaga para ulama itu ada Ma’ruf Amin, Ketum MUI, yang mantan anggota dewan penasihat presiden SBY, pendukung Agus-Sylvi. Juga ada Zainut Tauhid, Wakil Ketua MUI, dari PPP, partai pendukung Agus-Sylvi dalam Pilkada DKI. Selain mereka berdua, ada Din Syamsudin, Ketua Dewan Pertimbangan MUI, Mantan Ketum PP Muhammadiyah, yang sepertinya kini sedang kehilangan orientasi dalam menentukan  nilai-nilai kebenaran.

Selanjutnya saya mengajak berpikir saudara Anzar, sebagai orang yang setidaknya terdidik. Pernahkan saudara mempertimbangkan bahwa boikot terhadap produk perusahaan raksasa tidak akan berpengaruh secuil pun pada para pemilik korporasi yang sudah kaya-raya itu.  Saking kaya-raya mereka, secara hiperbol, kaum mu’tazilah mungkin bisa berkata, “ ‘Duit’ Tuhan saja kalah dibanding duit mereka”.

Tentu saja, Tuhan adalah Dzat Mahakaya, tak perlu pakai “Raya” pula, sebab Ia tak butuh uang sebagaimana politisi perlu pundi-pundi uang untuk memenangkan Pemilu atau Pilkada, sehingga nantinya mereka lebih bisa menuhankan harta benda mereka. Hal yang perlu dipikirkan oleh saudara Anzar adalah buruh-buruh kecil pendorong gerobak roti yang bingung dalam mencari makan untuk keluarga mereka sehari-hari. Mereka bahkan tidak mengerti apa-apa tentang kebijakan perusahaan, tidak mengerti apa itu klarifikasi. Sungguh ajakan yang saya nilai tidak islami.

Selanjutnya saya jadi terharu, jika ada orang yang mempertanyakan kapasitas kepemimpinan seorang Ketum Pemuda Muhammadiyah yang ternyata cuma sebatas “kue roti”. Maksudnya adalah, jika mau berpolitik, bermainlah yang cantik, jangan mumpung lagi ada isu penistaan agama, langsung ditunggangi, sementara ia dan kelompoknya punya agenda tersembunyi.

Saya sendiri hanya bisa bertanya-tanya, benarkah Anzar merupakan hasil pengkaderan dari  seniornya Hajriyanto Y Thohari (Ketum PP Pemuda Muhammadiyah periode 1993-1998) yang dulu saya nilai lumayan mumpuni? Atau mungkin sejak Hajriyanto terjun ke dunia politik, Hajri sendiri justru telah berubah menjadi seorang pragmatis, sehingga mengabaikan kepentingan organisasi keagamaan yang menaunginya?

Seperti diketahui, mantan Wakil Ketua MPR Hajriyanto Y Thohari (Golkar) setelah gagal dari daerah pemilihan Jawa Tengah IV (mewakli Sragen, Karanganyar, Wonogiri), pada Pemilu 2014, ia terdepak keluar dari senayan. Ia gagal mempertahankan kursinya di parlemen. Perolehan suara Ketua DPP Partai Golkar ini tergusur ke peringkat tiga di bawah dua calon legislatif (caleg) baru, Endang Maria Astuti dan Wihaji. Ia sendiri telah bercokol di Senayan selama empat periode pemilihan sejak Pemilu 1997. Menanggapi kegagalannya itu, ia berkata: “Itu sebagai cara Tuhan menghentikan diri saya dari Senayan”. Ia pun mengaku masih nyaman berlindung di bawah pohon beringin. Di kepengurusan Partai Golkar kini ia duduk sebagai Wakil Ketua Dewan Pakar. Sedangkan pada struktur kepengurusan Muhammadiyah, ia duduk sebagai Ketua PP Muhammadiyah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun