Mohon tunggu...
Muhammad Fakhriansyah
Muhammad Fakhriansyah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Jakarta

Muhammad Fakhriansyah adalah mahasiswa semester akhir di program studi Pendidikan Sejarah, Universitas Negeri Jakarta. Sejak Februari 2021 menjadi kontributor tetap Tirto.ID. Tulisannya berfokus pada sejarah kesehatan Indonesia dan sejarah politik internasional. Penulis dapat dihubungi melalui: fakhriansyahmuhammad27@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kala Mandi Jadi Ajang Promosi

19 Juli 2020   19:57 Diperbarui: 19 Juli 2020   20:00 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para Interniran Eropa yang tengah mandi di Kamp Interniran Eropa Kampung Makassar, Batavia (Sekarang Jakarta) sekitar 1945 (Sumber: Tropenmuseum) 

Keseharian di daerah tropis tentu berbeda dengan keseharian di daerah subtropis atau beriklim dingin lainnya. Panas matahari yang menyengat seharian dapat mengucurkan keringat dari tubuh manusia di setiap musimnya. Dari sini, terbentuk kebiasaan masyarakat di daerah tropis, termasuk Hindia-Belanda, yakni mandi. 

Mandi dan Keanehan Orang Eropa Melakukannya

Bagi masyarakat Eropa kebiasaan mandi ini adalah sesuatu yang aneh karena mereka tidak terbiasa melakukan itu di negeri asalnya. Bagi mereka, mandi dapat menyiksa tubuh karena dapat membuat badannya menjadi lebih dingin.  Perbedaan inilah yang membuat orang Eropa ketika berkunjung ke Hindia-Belanda mengalami pengalaman yang berbeda. Ketika berkunjung ke Hindia-Belanda dengan suhu tropis yang sangat panas menurut mereka, mandi menjadi suatu keharusan.

Orang Eropa yang berkunjung ke Hindia-Belanda mau tidak mau melakukan kebiasaan orang lokal Hindia-Belanda tersebut. Menurut Achmad Sunjayadi dalam  Pariwisata di Hindia-Belanda 1891-1942 (2019), kebiasaan ini banyak dicatat oleh para penulis catatan perjalanan baik dari abad ke-19 maupun dari abad ke-10. Menurut Sunjayadi kebiasaan mandi dilakukan oleh orang Eropa ketika mereka selesai beraktivitas di luar rumah. Awalnya karena tidak terbiasa, mereka kerap menjadikan bak mandi sebagai bak berendam sehingga air menjadi kotor. 

Dari Pembiasaan jadi Tawaran Untuk Wisatawan

Sebab itu, para pengunjung asing (orang Eropa) diperkenalkan dan diajarkan kebiasaan mandi yang mengadopsi kebiasaan masyarakat setempat, yaitu dengan mengguyurkan air dari dalam ember atau bak menggunakan gayung ke kepala.Kegiatan mandi ini kemudian menjadi salah satu daya tarik dan fasilitas yang diberikan sebuah hotel di Batavia seekitar 1861, tepatnya Hotel de l'Univers yang terletak di seberang Hotel des Indes di kawasan Molenvliet, Batavia (Sekarang Jalan Gajah Mada dan Jalan Hayam Wuruk, Jakarta). 

Tambah Sunjayadi, usai menikmati rijstaffel atau santap siang para tamu disarankan untuk siesta atau beristirahat selama beberapa jam di kamar masing-masing atau duduk di kursi malas di serambi hotel tersebut.  Para pengunjung disarankan tidak keluar hotel dan menghindari sinar matahari. Pada pukul 4 sore setelah beristirahat mereka menikmati teh yang telah disiapkan oleh para jongos. Setelah itu mereka diminta untuk menyegarkan diri dengan mandi.

Tulisan ini pernah dipublikasikan pada laman instagram @historyagent.id. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun