Mohon tunggu...
Jamalludin Rahmat
Jamalludin Rahmat Mohon Tunggu... Penjahit - HA HU HUM

JuNu_Just Nulis_

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lelaki Badai

7 Mei 2019   17:04 Diperbarui: 8 Mei 2019   16:33 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.



"...aku justru harus berani menghadapi seluruh peristiwa yang telah lewat, dan bukan justru menghindarinya. Kenangan tidak bisa dihilangkan. Kenangan hanya bisa dihadapi atau diperam dengan risiko membusuk di dalam." _Puthut EA_

Akan menjadi lelaki seperti apa ia nanti dengan bertubi-tubi persoalan hidup yang menamparnya. Tanya orang-orang di sekelilingnya. Badai hidup menghantam dirinya. Keras!

Dulu. Setahun setelah ibunya wafat sang ayah pun menyusul. Ibu wafat setelah beberapa bulan usaha toko pakaian bangkrut dan dirawat di rumah sakit jiwa karena depresi di kejar-kejar hutang sedangkan sang ayah setelah menderita sakit stroke sekian lama. Ketika ayah, ibu masih hidup dan sehat, secara ekonomi keluarga Badai termasuk keluarga mapan dengan beberapa toko yang pernah dimiliki ayah dan ibu.

Rumah tangga keluarga Badai terseok-seok tak karuan. Bak badai yang hantam dan hancurkan sebuah kampung. Ayah dan ibu yang wafat ketika Badai dan hujan masih memerlukan kedua orangtua remukkan dan hancurkan benteng kampung diri Badai. Hingga Badai pernah 'menggugat' Tuhan.

Badai. Tak dapat lupakan segala kenangan manis dan pahit yang sertai langkah jalan hidup yang diukir diri. Ayah dan ibu muara kebahagiaan ketika Badai kecil dulu. Adik Badai bernama Lelaki Hujan. Badai dan Hujan kakak beradik kandung.

Badai berbeda sifat dengan Hujan. Badai lebih pendiam, pemikir, peduli, mungkin karena ia anak sulung.

Hujan lebih manja, periang, selalu dekat dengan Badai. Perbedaan usia keduanya tak begitu jauh kira-kira 3 tahun.

Asal ada persoalan yang dihadapi Hujan maka tempat curhat dan keluh kesahnyaa pertama kali kepada Badai setelahnya baru kepada ibu.

Ayah. Lelaki Minang bernama Syahril. Merantau ke Pasar Kota di usia 20 tahun dari tempat asalnya Bahriaman. Lebih dua hari dua malam perjalanan sehingga sampai di Pasar Kota.

Bermula dari penjahit kecil-kecilan yang terima pesanan baju pria kemudian ayah memiliki kios satu pintu untuk berdagang pakaian bermacam merek dan usia di pasar kota Kabupaten Mannai. Penghasilan ayah sudah agak lumayan.

Ibu bernama Jehani. Gadis Minang berusia 18 tahun juga berasal dari Bahriaman tapi beda desa dengan ayah. Desa Ayah disebut Sungai Sirah sedangkan Ibu Desa Simpang Sanok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun