Mohon tunggu...
Jamalludin Rahmat
Jamalludin Rahmat Mohon Tunggu... Penjahit - HA HU HUM

JuNu_Just Nulis_

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Jalan Keabadian Hatta

13 April 2019   14:14 Diperbarui: 14 April 2019   06:05 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wakil Presiden pertama RI Mohammad Hatta(Dok. Kompas/Istimewa)

Ada yang sanggup membaca 4 sampai 5 jam perhari dengan konsisten dan menuliskannya. Ada yang lebih dari 5 jam dengan membaca di pagi, siang istirahat, malamnya dilanjutkan dengan menulis. Baca tulis oleh pejuang kemerdekaan berwajah dua, menjadi alat agar rakyat melek dengan apa kondisi saat itu dan menjadi alat propaganda yang memiliki kekuatan mengusir penjajah.

Masa itu tulisan menjadi senjata ampuh menyadarkan rakyat Indonesia dan menentang penjajah Jepang, Belanda dan Portugis. Brosur-brosur, pamflet-pamflet yang disebar ketika rapat-rapat partai, ditempel di dinding-dinding rumah membakar jiwa patriotis rakyat mengusir penjajah.

Pun koran-koran yang ada seperti Medan Prijaji (1907), Fajar Asia (Jakarta, 1924), Darmo Kondo (Solo, 1910), Sedio Tomo (Yogyakarta, 1920), Fikiran Ra'jat (Bandung, 1932), Soeloeh Ra'jat Indonesia (Surabaya, 1928), Asia Raya (Jakarta, 1942) isinya hancur leburkan dan usir penjajah demi tercapainya kemerdekaan Indonesia.

(Illustrated by pikdo.me)
(Illustrated by pikdo.me)
Ketika dibuang ke Digul oleh penjajah Belanda, Hatta datang dengan enam belas peti buku dan membacanya agar menjaga kesehatan, pikiran dan perasaan. Disamping sebulan sekali mendapat kiriman koran dari Negeri Belanda, Het Volksbald, De Groene Amsterdammer dan koran lokal Pemandangan, Soeara Oemoem, dan Doenia Dagang.

Muhammad Hatta sering dijadikan contoh bagaimana seorang pembaca yang kuat, cinta buku dan memiliki perpustakaan dengan ribuan koleksi buku dari bahasa Inggris, Perancis, Jerman, penulis yang melahirkan beberapa buku seperti politik, filsafat, ekonomi, koperasi, demokrasi, sosial.

Dengan membaca dan menulis yang berujung pada karya-karya buku dari beragam ilmu tersebut nama M. Hatta harum dan terpatri abadi di benak bangsa Indonesia walaupun sudah berhitung masa sudah tiada.

Di antara karya Hatta, Kearah Indonesia Merdeka, Pengertian Pancasila, Bangunan Ekonomi Dunia dan Pertentangan Kekuasaan, dan oleh I. Wangsa Widjaja (pernah menjadi sekretaris pribadi Bung Hatta selama lebih 40 tahun) disebutkan tidak kurang dari 50 buah buku yang beliau tulis dan jika ditambah dengan pidato-pidatonya yang telah dicetak jumlahnya kira-kira 65 buku.

Di tengah kesibukannya menjadi Wakil Presiden, Muhammad Hatta menyempatkan diri memberi kuliah mengenai ketatanegaraan, politik, ekonomi, dan filsafat di Sekolah Staf Angkatan Darat Jakarta, di Universitas Gadjah Mada, Universitas Hasanuddin, Universitas Padjajaran, Universitas Parahiyangan dan membaca buku setiap hari sekurang-kurangnya satu jam.

Di Sumatera Barat tepatnya di Kota Padang didirikan Universitas Bung Hatta pada 20 April 1981 dan di Bukittinggi didirikan Perpustakaan Proklamator Bung Hatta pada 21 September 2006. 

Baca tulis sebagai jalan keabadian Hatta bergaung mengguncang penjajah Belanda justru tepat di jantungnya ketika bersama-sama Ali Sastroatmodjo, Nazir Datuk Pamuncak, Abdulmadjid Djojodiningrat setelah ditangkap selesai mengikuti Kongres Liga Menentang Penjajahan di Brussel tahun 1927. Dan di depan pengadilan Belanda beliau membacakan pembelaannya berjudul Indonesia Vrij (Indonesia Merdeka!).

(Illustrated by goodreads.com)
(Illustrated by goodreads.com)
Islam dan Ekonomi Sebagai Jalan Keabadian Hatta
M. Hatta lahir di Batuhampar, Payakumbuh, dibesarkan dalam keluarga agamais dan alam Minangkabau yang kala itu lekat dengan adat, Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah, Syarak Mangato, Adat Mamakai (Adat Bersendikan Agama, Agama Bersendikan Kitab Allah, Agama Berkata, Adat Memakai).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun