Capaian investasi Indonesia pada Semester I dan Triwulan II tahun 2025 menghadirkan angin segar di tengah tantangan global dan ketidakpastian geopolitik. Dengan realisasi investasi yang menembus Rp942,9 triliun atau tumbuh 13,6% secara tahunan (YoY), pemerintah menunjukkan keberhasilan dalam menjaga kepercayaan investor---baik asing maupun domestik---terhadap masa depan ekonomi nasional.
Lebih menarik lagi, komposisi investasi menunjukkan keseimbangan yang sehat: PMA (Penanaman Modal Asing) mencapai Rp432,6 triliun, sementara PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) mencatat Rp510,3 triliun. Ini menandakan bahwa pelaku usaha dalam negeri tidak hanya bertahan, tapi juga agresif berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi.
Satu aspek penting yang layak digarisbawahi adalah distribusi investasi yang kian merata. Untuk pertama kalinya, nilai investasi di luar Jawa (Rp476,0 T) melampaui Jawa (Rp466,9 T). Ini adalah cermin nyata dari komitmen pemerintah dalam mendorong pembangunan yang inklusif dan berkeadilan melalui pemerataan infrastruktur serta insentif di wilayah luar Jawa. Investasi tidak lagi Jawa-sentris, melainkan Nusantara-sentris.
Langkah ini penting untuk menjawab tantangan kesenjangan ekonomi antarwilayah yang selama ini menjadi titik lemah pembangunan nasional. Ketika Sulawesi Tengah masuk dalam lima besar provinsi penerima investasi, itu bukan sekadar statistik---itu simbol perubahan arah pembangunan.
Hilirisasi: Jalan Menuju Transformasi Ekonomi
Peningkatan tajam investasi di sektor hilirisasi---mencapai Rp280,8 triliun atau naik 54,8% YoY---adalah pilar penting dari strategi transformasi ekonomi. Hilirisasi mineral seperti nikel, tembaga, dan bauksit tidak hanya meningkatkan nilai tambah, tetapi juga membuka lapangan kerja, mengurangi ketergantungan ekspor bahan mentah, dan memperkuat neraca perdagangan.
Pemerintah di bawah Presiden Prabowo tampaknya serius melanjutkan dan memperluas strategi hilirisasi. Investasi besar-besaran dari CATL, IBC, hingga ExxonMobil untuk proyek energi bersih dan industri strategis memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain global dalam rantai pasok energi masa depan.
Yang juga patut diapresiasi adalah kualitas dari investasi yang masuk. Proyek seperti pembangunan kapal selam Scorpene oleh PT PAL dan Naval Group, pembangunan pabrik baterai senilai Rp99 triliun, hingga data center Microsoft dan Oracle senilai ratusan triliun menunjukkan bahwa Indonesia bukan hanya tujuan investasi, tetapi juga bagian dari ekosistem teknologi tinggi dan industri masa depan.
Proyek-proyek tersebut mencerminkan kepercayaan investor terhadap stabilitas kebijakan dan arah pembangunan Indonesia. Kehadiran Presiden dalam beberapa seremoni ground breaking memperkuat sinyal politik bahwa investasi bukan hanya urusan ekonomi, tapi juga bagian dari diplomasi pembangunan nasional.
Penyerapan Tenaga Kerja: Pilar Pemulihan Sosial
Tak kalah penting, realisasi investasi Semester I 2025 menyerap lebih dari 1,2 juta tenaga kerja, dengan Triwulan II saja menyumbang lebih dari 665 ribu lapangan kerja. Ini menunjukkan bahwa investasi yang digalakkan pemerintah bukanlah pertumbuhan yang "kosong"---melainkan pertumbuhan yang menyentuh rakyat secara langsung.