ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO) meluruskan pemberitaan sejumlah media yang menyebutkan Laporan Konsultasi Tahunan AMRO 2025 memperingatkan "Indonesia akan kolaps pada tahun 2030" dan membandingkan kondisi Indonesia dengan krisis utang Sri Lanka tahun 2022.
Merespons pemberitaan tersebut AMRO melakukan klarifikasi atas apa yang ramai diberitakan di media, bahwa pihaknya tidak pernah mengeluarkan pernyataan seperti apa yang diberitakan. AMRO menegaskan bahwa pihaknya tidak memproyeksikan akan terjadinya kolaps maupun mengindikasikan akan adanya krisis di Indonesia.
Dalam keterangan resminya, AMRO menjelaskan bahwa laporan tersebut merupakan analisis berbasis data yang menilai kondisi dan prospek ekonomi makro Indonesia. Meskipun terdapat proyeksi kenaikan rasio utang pemerintah secara bertahap hingga sekitar 42 persen pada 2029 jika tren fiskal saat ini berlanjut, AMRO tidak memprediksi adanya krisis atau kehancuran ekonomi.
Sebaliknya, AMRO justru memberikan apresiasi atas kebijakan fiskal yang dijalankan pemerintah Indonesia yang dinilai sangat hati-hati dan disiplin, termasuk langkah-langkah mitigasi risiko utang di tengah situasi global yang penuh tantangan. AMRO memproyeksikan keberlanjutan utang Indonesia tetap terjaga dengan rasio utang jauh di bawah batas aturan fiskal sebesar 60 persen dari PDB, serta lebih rendah dibandingkan rata-rata negara ASEAN.
Fundamental ekonomi Indonesia juga dinilai kokoh, dengan pertumbuhan diperkirakan konsisten di atas 5 persen hingga 2029. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pun memperkuat keyakinan tersebut. BPS menyebutkan pada triwulan II-2025, ekonomi Indonesia tumbuh 4,04 persen secara kuartalan (q-to-q) dan 5,12 persen secara tahunan (y-on-y). Secara kumulatif, semester I-2025 mencatat pertumbuhan 4,99 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
PDB Indonesia atas dasar harga berlaku pada triwulan II-2025 mencapai Rp5.947,0 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp3.396,3 triliun. Dari sisi produksi, sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan mencatat pertumbuhan tertinggi 13,53 persen (q-to-q), sementara dari sisi pengeluaran, konsumsi pemerintah melonjak 21,05 persen. Secara spasial, Pulau Jawa masih menjadi penggerak utama ekonomi nasional dengan kontribusi 56,94 persen terhadap PDB dan pertumbuhan 5,24 persen (y-on-y).
Dengan adanya kejadian ini pihak AMRO mengimbau seluruh pihak untuk merujuk pada laporan resmi dan siaran pers yang diterbitkan, agar informasi yang beredar tetap akurat dan berimbang. Kejadian ini juga dinilai sebagai penyesatan narasi, dimana informasi resmi sudah tersebar dipelintir menjadi narasi yang menyesatkan banyak orang sehingga banyak yang salah paham soal isu tersebut.
Dengan kejadian ini diharapkan tidak ada lagi kasus-kasus serupa yang membelokkan narasi menjadi narasi sesat ke publik. Bayangkan seberapa dirugikannya kita dengan narasi sesat ini, sebanyak lebih dari 3,2 juta orang tertipu oleh narasi dan konten yang tak berdasar, bertulisan judul provokatif, serta tulisan pesimis yang menjelekkan negaranya sendiri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI