Mohon tunggu...
Fajri Zulia Ramdhani
Fajri Zulia Ramdhani Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Menuliskan apa saja di pikiran dan menceritakan buku yang menarik dibagikan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Munajat

10 Juni 2020   00:34 Diperbarui: 12 Juni 2020   15:41 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Munajat 

 

Ketukku, aku hilang tunduk!

Pasrahku, aku menyerah takluk!

Damaiku, dalam bait-bait puisi yang berharap mustajab aku kumandangkan

Dimana letak serah, saat aku menyangka usaha adalah segala tentang hasil yang sudah?

Aku gamang, bukti angkuhku menyalahi harus

Aku berjalan di bumi dengan rendah, sedang seringkali hatiku melangit sengit

Aku berharap sujud saat kepala yang kerap mendongak sejajar dengan kaki yang menapak

Mengikis rasa besar di dada, bahwa aku adalah tak seberapa

Kita bolak-balik bergelimang zikir lantang panjang

Tapi seringkali syahdu rasa hanya sampai lidah muka, tak pernah jadi laku

Munajat panjang entahlah, mungkinkah rutinitas rasa bersalah

Ataukah memang sudah ada rindu yang datang menyambut temu

Aku adalah tanah, yang berlaku di atas tapak tanah dan mati tenggelam di tanah

Dan aku tak punya hak menengadah, hanya dipersilakan menadah

Lantas tak apakah rasa langit yang bersembunyi di sudut kiri relung hati?

Aiya, baik-baik

Semua kita tak punya hak

Tak

Tak tak

Tak tak tak

Aku gundah, akankah matiku tiba disaat aku sibuk mabuk fana?

Ataukah mautku menjemput, saat aku sedang memperpanjang sujud?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun