Pada era penghujung 1990-an, geliat perubahan turut membawa angin perubahan besar di pendidikan vokasi. Tepatnya pada Juli 1997, berdasarkan SK Mendikbud No. 036/O/1997, STM Negeri 2 resmi bergantiti nama menjadi SMK Negeri 4 Bandung. Hal ini adalah sebagai bagian dari kebijakan nasional yang menyatukan nomenklatur sekolah-sekolah kejuruan seperti SMEA dan STM, hal tersebut sebagai jawaban bagi tantangan globalisasi industri.
"Saya menjadi angkatan pertama yang merasakan masa transisi tersebut, bahkan di sekolah, untuk kelas 2 dan 3 senior kami masih berlabel STM, dan angkatan saya label di baju mulai menggunakan SMK. Perubahan nama ini tentu membawa juga kurikulum baru yang lebih fleksibel," kata Fajar, yang masuk tahun ajaran 1997/1998.
"Pada masa itu, Kami masih mengikuti jurusan lama: Listrik Instalasi, Listrik Pemakaian, dan Elektronika. Namun elektronika yang dipelajari adalah Elektronika Komunikasi, dengan tambah elemen digital seperti komputer dasar."
Fajar yang lukusan tahun 2000, bercerita juga, bahwa saat sekolah di STMN 2/SMKN 4 Bandung, saat ia kelas 1 dan kelas 2, praktek masih full di gabung di BLPT, namun saat kelas 3 sudah mulai praktek komputer dan teknik digital di sekolah induk.
"Pada saat itu khususnya waktu kelas 1 dan 2, di sekolah induk (Kliningan) kami belajar teori, di BLPT (Cikutra) kami praktek, pakai jas lab, tangan kotor, belajar memperbaiki tv, mengikir, membuat PCB dan membuat proyek-proyek kecil yang nyata. Guru-guru kami kebanyakan praktisi, mereka mengajari kami berpikir sistematis."
Masa transisi ini baik secara langsung maupun tidak langsung membentuk ulang infrastruktur pendidikan di sekolah, dari fokus konvensional ke adaptif. Diketahui, SMKN 4 Bandung masuk pada sekolah kejuruan kelompok Teknologi dan Industri, dan mulai tahun 1999 sudah mulai membangun laboratorium praktik sendiri di Kliningan.
Menurut Fajar berdasarkan kesaksiannya, pada awal 2000-an, sekolah dan BLTP mulai berkonsolidasi. Pada sekitar tahun 2001-2003, praktik pindah sudah ada jurusan yang sepenuhnya ke fasilitas internal, dengan mengurangi ketergantungan pada BLPT.
Ekspansi Program dan Adaptasi Teknologi (2003 - 2025)
Seiring berjalannya waktu, pasca tahun 2000, Fajar menceritakan bahwa SMKN 4 Bandung telihat responsif terhadap perubahan industry dan tuntutan jaman. Sekitar tahun 2003, sekolah ini membuka empat program keahlian: Teknik Elektronika Komunikasi, Teknik Listrik Pemakaian, Teknik Instalasi Listrik, serta Teknik Informatika dan Komunikasi. Hal Ini untuk menjawab ledakan telekomunikasi dan IT yang pada era milenial ini benar-benar terjadi.
Tahun 2004, SMKN 4 Bandung membuka program keahlian Teknik Audio Video (multimedia), Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik, dan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL). Lalu pada 2009, dari 4 jurusan naik jadi enam: Teknik Elektronika Audio Video, Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik, Teknik Otomasi Industri, Teknik Komputer Jaringan, RPL, dan Multimedia.
"Sekolah yang saya banggakan ini mulai mengkolaborasikan antara inovasi teknik dengan dunia kreatif," jelas Fajar. "Sekarang, siswa di SMKN 4 Bandung belajar dari solder hingga ke coding, ini bagus untuk menyiapkan lulusannya menghadapi era digital."
Masuk di era 2010-2020 an, kolaborasi SMKN 4 bandung dengan dunia industri terus menguat, tercatat SMKN 4 Bandung mengikut program Sekolah Pusat Keunggulan (PK). Program keahlian mengalami restrukturisasi, sehingga penguatan dan memunculkan program-program keahlian unggulan seperti Teknik Kelistrikan (dengan konsentrasi Teknik Instalasi Tenaga Listrik/TITL dan Teknik Otomasi Industri/TOI), Elektronika (Teknik Audio Video/TAV), Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi (Teknik Komputer dan Jaringan/TKJ), Pemrograman Perangkat Lunak dan Gim (RPL), dan Desain Komunikasi Visual (DKV). Ini pakai dua kurikulum: K13 untuk kelas XII (dengan jurusan Listrik, Elektronika, TI), dan Kurikulum Merdeka untuk kelas X-XI.