Mohon tunggu...
Fajar Arianto
Fajar Arianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Karyawan

Menulis cerpen, bagi saya merupakan kesenangan dan dunia yang berbeda dengan aktivitas rutin saya. Selain itu, saya juga hobi bermusik dan menyenangi teknologi audio. Trima kasih sudah menyempatkan mampir ke lapak saya. Salam https://www.instagram.com/arianto.fa/?hl=id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Melon Nismah

28 April 2021   09:16 Diperbarui: 28 April 2021   09:36 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Fajar Arianto

 "Kok Nismah di sini? Enggak dekat-dekat sama kakek?"

"Nismah enggak boleh deket kakek. Soalnya enggak ada tempat duduk lagi. Kalau Nismah ikut duduk di kursi. Kata kakek, nanti pembelinya berkurang."

Hatiku menangis, melihat Nismah diperlakukan begitu oleh sang kakek.

"Mungkin kakek tidak mau kamu terlalu dekat kompor. Kan berbahaya." Kataku menghibur.

Nismah terdiam kembali menoleh ke arah kakeknya. Aku raba tangan Nismah yang terasa hangat, menduga Nismah sedang tidak sehat.

"Nismah setiap hari nungguin kakek jualan ya?" Tanyaku pelan.

"Enggak, bapak lagi nungguin ibu di rumah sakit," jawab Nismah sambil menyeka ingusnya dengan lengannya.

"Nismah ikut kakek jualan. Di rumah enggak ada orang."

Akupun terdiam, cuma merasa iba yang mendalam kepada diri Nismah. Gadis kecil polos itu kembali menatap sang kakek lagi merapikan gerobaknya segera tutup.

"Nismah, sepertinya kakek sudah selesai jualannya tu." Kataku menunjuk kakeknya.

"Jaket tante, Nismah pakai saja biar enggak kedinginan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun