Mohon tunggu...
Fajar Prihattanto
Fajar Prihattanto Mohon Tunggu... Guru - Penulis ide dan pengalaman

Guru seni rupa, pembuat karya seni (gambar, lukis, film, musik), youtuber, dan penyelam keheningan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Catatan Workshop Mahadaya Suwung Wonogiri

9 Januari 2020   10:53 Diperbarui: 9 Januari 2020   16:57 918
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dewa Ruci adalah Diri Sejati, Guru Sejati, Ingsun, Nur Muhammad, Hati Nurani, Roh Kudus, jiwa yang paling essensi/inti di dalam setiap diri manusia. Meskipun tidak disadari, Guru Sejati selalu menuntun manusia menuju kepada kesejatian, kebenaran, kebaikan, pencerahan, dan pertumbuhan jiwa, namun sering diabaikan dan ditentang oleh manusia. 

Salah satu contoh nyata adalah kehadiran dan pertemuan semua peserta pada kegiatan workshop tersebut. Guru Sejatilah yang menuntun, menumbuhkan niat dan menggerakkan pikiran serta tubuh fisik peserta untuk menghadiri kegiatan workshop tersebut.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
"Salah satu cara termudah mengukur tingkat ketersambungan kita dengan Tuhan (yang mempribadi), Dewa Ruci, atau Diri Sejati adalah durasi kebahagiaan yang kita rasakan pada setiap harinya. Jika dalam sehari kita tidak galau, atau setidaknya galau hanya 2 detik, berarti bisa dikatakan bahwa ketersambungan dengan Diri Sejati masih aman, namun jika dalam sehari kita galau, sedih, marah, emosi, dendam, sampai hitungan menit bahkan jam, maka dapat dipastikan keterhubungan kita dengan Diri Sejati sedang rendah". 

Kebahagiaan sejati berbeda dengan kebahagiaan yang tidak sejati. Kebahagiaan sejati terus memancar dari dalam diri, terlepas apapun kejadian yang sedang dialami, sedangkan kebahagiaan yang tidak sejati masih terpengaruh oleh kenyataan sedang dialami, kejadian-kejadian di luar diri manusia.

Pertanyaan menarik disampaikan oleh 2 peserta yang intinya adalah bagaimana membedakan tuntunan Guru Sejati dengan tuntunan entitas bawah atau pikiran, karena mereka sering merasa sudah mengikuti tuntunan Guru Sejati/Hati Nurani, namun hasilnya malah tidak baik. 

SHD menjelaskan bahwa untuk menentukan suatu rasa teh yang ternikmat, perlu dilakukan latihan secara terus menerus untuk merasakan berbagai jenis rasa teh. Demikian juga dengan mengikuti tuntunan Guru Sejati, harus selalu melatih diri untuk mengikuti tuntunan dari hati yang paling dalam. 


Dari pengalaman pribadi dan penjelasan yang pernah saya dapatkan, hal itu bisa juga dilakukan dengan meminta tolong orang yang lebih mampu untuk mengonfirmasinya. 

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Semua orang menginginkan kebahagiaan sejati. Kebahagiaan sejati dapat tercapai jika jiwa dikembalikan pada fitrahnya, yaitu kemurnian 4 lapisan tubuh, yaitu tubuh energi, emosi, karma, dan pengetahuan. Kejernihan tubuh energi dapat dicapai dengan membersihkan diri dari berbagai parasit energi, energi negatif yang berasal dari makhluk-makhluk entitas bawah. Kejernihan tubuh karma dapat dicapai dengan selalu berhati-hati agar tidak berbuat sesuatu yang bertentangan dengan Hukum Kasih Murni. 

Kejernihan tubuh emosi dapat dicapai dengan selalu menjaga hati agar bisa menerima, mensyukuri, memaafkan diri sendiri-siapapun, dan mengikhlaskan semua hal yang terjadi. Kejernihan tubuh pengetahuan dapat dicapai dengan menjaga pikiran dari ilusi. Cara menghindari ilusi adalah selalu bersikap netral terhadap semua pengetahuan atau pemahaman. 

Tidak mudah percaya, dan tidak mudah menolak sebelum Guru Sejati mengonfirmasinya sebagai sebuah kebenaran agar pikiran tidak terlalu banyak ilusi. Ilusi adalah suatu hal yang diyakini, namun sebenarnya tidak sesuai realita. 

Jika ke 4 lapisan tubuh terlanjur kotor, manusia dianugerahi kemampuan untuk mengurangi atau membersihkannya, yaitu dengan meditasi air suci, api suci, cahaya suci, dan mahadaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun