Mohon tunggu...
Faisal yamin
Faisal yamin Mohon Tunggu... Nelayan - Belajar menulis

Seorang gelandangan pikir yang hobi baca tulisan orang

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Usia Boleh Menua, tapi Tidak dengan Membaca

9 Juli 2021   05:20 Diperbarui: 9 Juli 2021   16:12 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena membaca juga merupakan olahraga otak. Sementara menurut David Lewis (Filsuf Amerika), bahwa dengan membaca 6 menit, dapat mengurangi stress hingga 68%, jadi dengan buku tebtu bisa mengalihkan stress kita.

Ketika saya menanyakan buku apa yang beliau baca, beliau bilang tidak ada topik khusus. Bagi beliau membaca apa saja asalkan bermanfaat bagi pikiran. Semakin membaca ragam bacaan semakin memperkaya pikiran jadi apapun bisa selagi ada.

"Pagi biasanya saya baca koran, sore ngaji dan baca buku-buku di rumah."

Sesaat pikiran saya mengambang jauh. Kakek Ahmad adalah satu dari sekian orang yang memilih berenang dalam lautan kata untuk menikmati indahnya terumbung makna. 

Bagi mereka yang tidak pernah bersahabat dengan buku berkata bosan. Kakek Ahmad dan orang-orang yang selalu bersahabat dengan buku dan menganggap itu sebuah kemerdekaan.

"Dengan membaca kita bebas, kita merdeka dari kebodohan." Ujar kakek Ahmat

Memang benar, kemerdekaan sesungguhnya adalah kemerdekaan pikir. Jasad boleh di borgol dan di rantai, tapi pikiran kita tidak, dia selalu liar dan bebas. Sebagaimana yang dikatakan oleh Mohammad Hatta, bahwa "selama dengan buku, kalian boleh memenjarakanku dimana saja, karena dengan buku, aku merasa bebas."

Lalu diskusi kami mulai melebar. Banyak hal yang kami bicarakan. Mulai dari membaca, sejarah desa, kebudayaan sampai ke persoalan memancing. Bertemu dengan kakek Ahmad bagi saya ada kebahagiaan tersendiri. Dari beliau saya banyak belajar. Bahwa membaca tidak melulu orang yang mengenyam pendidikan formal.

Tapi siapa pun dia punya kesempatan belajar yang sama. Terpenting ada kemauan dalam dirinya. Dengan membaca kita tidak membodohi atau di bodohi oleh orang juga tidak di perbudak oleh jaman. Sebagaimana Ibnu Sina berkata, bahwa "saat kebodohan menguasai kesadaran, maka kesadaran memiliki hak untuk berbuat hal paling bodoh."

Selain itu apa yang dilakukan oleh kakek Ahmad juga bagian dari kritik kepada kita generasi muda. Disaat sebagian dari kita lebih banyak menghabiskan waktu untuk main games, kakek Ahmad sebagai kaum tua tampil untuk sekedar mengingatkan kepada kita bahwa membaca adalah hal penting disaat negeri kita mengalami krisis literasi.
                                   ***
Dilansir dari media indonesia.com dalam hasil survei yang dilakukan oleh PISA 2018 mengatakan bahwa skor kemampuan membaca Indonesia turun dari 397 pada 2015 menjadi 371 pada 3018, sedangkan skor rata-rata OECD yakni 487. Kemampuan matematika turun dari 386 pada 2015 menjadi 379 pada 2018, skor ini di bawah rata-rata OECD yakni 487.

Sedangkan kemampuan di bidang sains turun dari 403 pada 2015 menjadi 396 pada 2018, sedangkan skor rata-rata OECD yakni 489. Hasil survei ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa di Indonesia baik membaca, matematika, maupun sains masih di bawah rata-rata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun