Mohon tunggu...
Faisal yamin
Faisal yamin Mohon Tunggu... Nelayan - Belajar menulis

Seorang gelandangan pikir yang hobi baca tulisan orang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menolak Punah pada Industri Lokal Kita

20 September 2019   01:58 Diperbarui: 20 September 2019   02:00 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Wah sayang yah, seorang penguasan kini diambang kematian sebentar lagi menjadi legenda, kasihan nanti nasip petani tembakau kita" kataku sambil meraih sebatang rokok dan kembali ku sulut, pun demikian dengan pak Dhote

"Kau tau, tidak hanya rokok. Banyak komoditi lokal yang bisa mengantarkan kita pada kejayaan dulu harus tumbang dari pesaingan luar. Sebut saja gula kita yang duluhnya sangat di minati dunia sampai menempati kita sebagai produsen no dua setelah kuba harus takluk pada kebijakan IMF yang mengharuskan negara melepaskan tata niaga termaksud industri gula, maka tamatlah riwayat syurga para semut itu"

Tidak sampai disitu, 

katanya "kelapa dulu juga berjaya sampai dulu pernah mengemah bahwa di Indonesia ada dua emas, emas biru mewakili laut dan emas hijau atau hutan mewakili kelapa. Akhirnya pun tumbang dari kampanye anti minyak kelapa dengan propaganda kebahayaan dan mengesernya pada minyak kedelai yang lebih bersahabat dengan kesehatan. Industri kopi juga bernasib sama, dia harus mati di tangan desain produk kopi instan, dengan penawaran hemat biaya dan hemat waktu. Padahal semuanya tidak hanya pada kebijaksanaan penawaran. Petaka juga muncul pada industri obat lokal, dia juga di paksa mati di tangan industri obat kimia dengan brand kekinian. Semua seakan dibuat untuk punah, agar kita tak mampu berdikari seperri yang di gemakan dulu oleh bapak proklamator kita Bung Karno"

"Wah seakan kita dikekang yah"

"Iya, banyak sebenarnya. Tak hanya itu saja. Fenomena tersebut juga berlaku pada air minum, kita punya air yang berlipah dan itu bebas dan gratis. Tapi kau tau, saat ini berapa banyak industri air kemasan?"

"Banyak, dan seakan menjamur"

"Iya, kita di arahkan pada kampanye instan seperti kopi. Setelahnya di desing produk yang memungkinkan lebih evisien. Akhirnya air yang tadinya berlimpah tak harus di bayar pun memaksakan kita merogok koce pada hal yang instan. Berapa banyak yang mengolah air secara mandiri dengan memanskannya di pengapian? Mungkin masih ada banyak, tapi juga mungkin saja lebih sedikit dari kita yang memilih instan"

"Wah aku tak pernah sadar dengan keadaan ini"

"Yah, sebuah gerak semu sampai hampir tak terbacakan oleh kita. Padahal jika di lihat langkah tersebut juga banyak bahayanya. Jika demikian ujungnya kemana? Tentu kemana lagi kalo bukan di dunia kesehatan. Toh obat obatan dibuat hanya untuk menahat sakit kan?"

"Jadi sudah begitu haru bagaimana langka yang harus kita ambil?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun