Kuntowijoyo pernah menegaskan: sejarah harus menjadi ilmu sosial profetik, yang tidak hanya menjelaskan masa lalu, tetapi juga memberi arah moral bagi masa depan. Menulis sejarah desa, termasuk sejarah Pasedahan di Banyuanyar, adalah bagian dari upaya profetik itu.
Kita tidak boleh lagi membiarkan desa hanya menjadi objek administrasi tanpa identitas. Penulisan sejarah lokal adalah cara untuk menjaga warisan, memperkuat kebanggaan, dan memberi arah pembangunan.
Dari Banyuanyar, kita belajar bahwa sebuah istilah---Pasedahan---bisa membuka jalan refleksi panjang tentang historiografi yang abai, identitas yang terputus, dan pentingnya menulis sejarah dari bawah.
Jika sejarah nasional adalah pohon besar, maka sejarah desa adalah akar yang membuatnya berdiri kokoh. Mengabaikan akar sama dengan membiarkan pohon kehilangan sumber kehidupannya. Dan Pasedahan, di Banyuanyar, adalah salah satu akar itu yang harus kita rawat, kita tulis, dan kita wariskan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI