Mohon tunggu...
Faisal Ramdhani
Faisal Ramdhani Mohon Tunggu... Penulis lepas

Suka dan senang melihat orang tersenyum

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pasedahan Di Banyuanyar : Refleksi Kritis Historiografi Desa Di Sampang

26 Agustus 2025   05:42 Diperbarui: 26 Agustus 2025   06:09 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jembatan di Pelabuhan Tanglok di Kelurahan Banyuanyar

Padahal, jika kita serius menggali, Pasedahan bisa memberi gambaran unik tentang bagaimana masyarakat Madura mengelola ekonomi mereka, bagaimana relasi kuasa dibentuk, dan bagaimana identitas desa terbentuk melalui gelar dan praktik sosial.

6. Toponimi dan Identitas: Antara Madegan, Rongtengah, dan Banyuanyar

Kasus Banyuanyar ini juga harus dilihat bersama kasus lain seperti Madegan dan Rongtengah. Rongtengah, misalnya, tercatat dalam arsip kolonial Belanda (1883) sebagai Roomtengah. Perubahan namanya ke Rongtengah tidak terlalu drastis, sehingga identitas historisnya masih terjaga. Bahkan, jejak kolonial masih bisa dilihat dari gedung SDN Rongtengah 1 yang dulunya menjadi lembaga pendidikan kolonial.

Sebaliknya, Madegan kehilangan identitas historis ketika diganti menjadi Polagan. Inilah contoh konkret pemutusan ingatan sejarah melalui perubahan toponimi. Jika dalam kasus Rongtengah nama lama masih dikenali, di Madegan nama hilang, dan di Banyuanyar, gelar Pasedahan tenggelam tanpa bekas dalam administrasi modern.

Toponimi, dalam ilmu linguistik dan sejarah, bukan sekadar nama. Ia adalah pintu masuk untuk memahami identitas, warisan, dan perjalanan masyarakat. Karena itu, mengabaikan toponimi sama saja dengan menghapus satu babak sejarah.

7. Relevansi Pasedahan bagi Identitas dan Pembangunan Desa

Mengapa kita harus peduli pada istilah Pasedahan hari ini? Bukankah itu sekadar istilah lama?

Jawabannya: karena Pasedahan menyimpan nilai-nilai identitas lokal. Ia menunjukkan bahwa Banyuanyar memiliki sejarah unik, berbeda dengan desa lain. Ia memberi warga setempat kebanggaan bahwa desa mereka pernah dipimpin dengan gelar yang khas dan berfungsi penting dalam struktur ekonomi.

Dalam konteks pembangunan desa hari ini, sejarah seperti Pasedahan bisa dijadikan dasar untuk membangun narasi identitas lokal. Misalnya, Banyuanyar bisa mengangkat kembali istilah Pasedahan sebagai simbol ekonomi kerakyatan: desa yang dahulu mengelola hasil bumi dan laut, kini bisa mengembangkan koperasi desa, BUMDes, atau pasar rakyat dengan semangat "pasedahan."

Dengan kata lain, sejarah bukan sekadar masa lalu, melainkan inspirasi untuk masa kini.

8. Penutup: Menggali Sejarah Lokal sebagai Tugas Kultural

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun