Mohon tunggu...
Fairuz Izzah
Fairuz Izzah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fairuz Nurul Izzah. Lahir tahun 2000. Berdomisili di Jakarta.

Kuliah di Universitas Terbuka jurursan Sastra Inggris Bidang Minat Penerjemahan Pengidap Sindrom Asperger Sudah menulis 5 buku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Memberi Semangat untuk Perempuan Disabilitas Bersama HWDI

24 Maret 2024   10:00 Diperbarui: 24 Maret 2024   10:57 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya bersama HWDI/Dokpri

Indonesia memiliki banyak isu. Salah satunya adalah kesetaraan gender. Saya sebagai perempuan mengalaminya, karena kebanyakan individu autis laki-laki dan tidak banyak perempuan. Aku sendiri didiagnosis autis pada saat usia 12 tahun.

Pada Jumat, 15 Maret 2024, mewakili Yayasan Autisma Indonesia, saya mengikuti workshop dengan tema kesetaraan gender dan kepemimpinan. Untuk pertama kalinya, workshop yang aku ikuti diadakan oleh Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI). Peserta-peserta yang mengikuti workshop di antara lain menyandang disabilitas netra, rungu, wicara, daksa, down syndrome, dan autis ringan (ada dua penyandang autis, salah satunya saya).

Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) didirikan pada 9 September 1997 sebagai organisasi untuk para perempuan disabilitas, baik fisik (netra, rungu, wicara, dan daksa) atau mental (down syndrome dan autis), di Indonesia. Himpunan tersebut mempunyai tujuan mempromosikan perlindungan dan hak, sekaligus pemberdayaan untuk para perempuan yang memperjuangkan agar kesetaraan dan kesejahteraan terpenuhi.

Dalam workshop tersebut, saya dan para peserta lain belajar arti gender, interseksionalitas, diskriminasi akibat salah pengertian, jenis-jenis pemimpin, dan karakter apa saja yang dimiliki pemimpin. Usai workshop selesai, HWDI berharap suatu hari akan datang para pemimpin perempuan muda dengan disabilitas yang ikut serta dalam menyumbangkan suara tentang isu-isu disabilitas.

HWDI selalu memakai istilah "penyandang" dan bukan "pengidap", karena disabilitas bukanlah penyakit. Perempuan disabilitas dianggap memiliki kesetaraan dengan mereka yang bukan disabilitas. Dengan begitu, para penyandang disabilitas tidak perlu khawatir ketika melakukan suatu hal, apalagi perempuan WNI (Warga Negara Indonesia). Kita pasti bisa kalau berusaha.

***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun