Mantra untuk Mantan yang Masih Hidup di Lemari

Aku doakan engkau bahagia—
sebahagia kancing bajumu yang kini tak pernah
kupencet-pencet lagi dengan jari penuh dosa.
Aku doakan engkau sehat—
setidaknya lebih sehat dari logika kita
yang dulu sering batuk darah saat bercinta.

Lemari ini, saksi bisu dan bekas cium,
masih menyimpan nafasmu
yang kutangkap pakai plastik kresek,
lalu kupaku di dinding
sebagai pengingat agar aku jangan goblok lagi.

Engkau tahu?
Baju tidur favoritmu masih di sini.
Wangi sabun cuci piring
dan ironi.

Kupeluk dia kadang,
dengan sayang yang dikuliti,
dengan cinta yang digigit anjing-anjing kenangan,
sambil kusenandungkan lagu pengantar tidur
untuk luka-luka kecil yang tak jadi besar
karena aku keburu waras.

Aku tidak dendam.
Aku hanya menulis puisi.
Dengan huruf-huruf yang kau tinggal
di kulitku seperti tato gagal.

Katamu dulu:
"Aku ingin abadi di hatimu."
Maka kuabadikan kau di lemari—
tempat yang lebih cocok untuk yang
tak bisa keluar dari drama
dan tak pantas disebut manusia.

Amin.
Kita doakan saja
semoga engkau bertobat
atau minimal
tersesat
di lorong toko pakaian bekas
dan jatuh cinta
pada hanger yang tak pernah
meninggalkan apa pun.