Norwegia memimpin dunia dalam industri akuakultur modern dengan budidaya salmon lepas pantai. Proyek Ocean Farm 1 milik SalMar menggunakan keramba apung raksasa (setinggi gedung 10 lantai) yang dilengkapi sensor canggih dan sistem pemantauan jarak jauh.
Keramba ini mampu menampung hingga 1,5 juta ekor salmon dan dirancang tahan terhadap gelombang tinggi. Selain efisiensi produksi, sistem ini juga mengurangi dampak lingkungan karena sirkulasi air alami yang lebih baik.
B. Australia: Precision Aquaculture
Australia memanfaatkan sistem precision aquaculture yang menggunakan drone bawah air dan AI untuk memantau pertumbuhan ikan dan mendeteksi penyakit lebih dini. Perusahaan seperti Huon Aquaculture telah menerapkan teknologi pemantauan visual berbasis AI yang dapat menghitung jumlah ikan dan memantau aktivitas makan secara real-time.
C. Tiongkok: Sistem Resirkulasi (RAS)
Tiongkok adalah pemimpin dalam teknologi Recirculating Aquaculture Systems (RAS). Sistem ini memungkinkan budidaya ikan di dalam ruangan dengan air yang didaur ulang, cocok untuk wilayah padat penduduk atau dengan air terbatas.
RAS menghasilkan lebih sedikit limbah dan memungkinkan kontrol penuh terhadap lingkungan budidaya. Ikan-ikan seperti nila, lele, hingga abalon dikembangkan dengan kualitas premium untuk pasar domestik dan ekspor.
Bab 6: Tantangan dan Jalan ke Depan
A. Regulasi, Infrastruktur, dan Literasi Teknologi
Meskipun potensinya besar, masih banyak tantangan:
- Belum ada regulasi terpadu yang mengatur bioteknologi laut dan akuakultur terpadu.
- Infrastruktur pelabuhan perikanan yang belum memadai, terutama di kawasan timur Indonesia.
- Tingkat literasi digital di kalangan nelayan masih rendah, membuat adopsi teknologi berjalan lambat.
B. Peran Pemerintah, Kampus, dan Industri