Mohon tunggu...
Fahrurozi Umi
Fahrurozi Umi Mohon Tunggu... Penulis - Alumni Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir, Universitas al-Azhar, Kairo, Mesir.

Penulis pernah menempuh pendidikan Sekolah Dasar di MI al-Khairiyyah, Panecekan. Dan melanjutkan ke tingkat Sekolah Menengah Pertama di Mts al-Khairiyyah, Panecekan. Kemudian meneruskan jenjang studi di Pondok Pesantren Modern Assa'adah, Cikeusal. Dan penulis lulus dari Universitas al-Azhar, Kairo pada tahun 2022.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Substansi dan Polemik Dakwah Wahabiyah

10 Oktober 2019   04:43 Diperbarui: 10 Oktober 2019   10:47 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.republika.co.id

Substansi dakwah salafiyah yang diserukan Syekh Muhammad bin Abdul Wahab bisa disimpulkan ke dalam tiga perkara:

1. Yang mengusik pikirannya sejak masih belia adalah masalah tawasul (wasilah untuk memunajatkan doa, seperti dengan nama dan sifat-sifat Allah) terhadap para Nabi, wali, dan orang-orang saleh. Termasuk pengultusan kuburan, pohon, bebatuan, dengan meminta bantuan kepadanya. Selain itu, meyakininya bisa mendatangkan kebaikan dan menghilangkan keburukan.

Kondisi ini sangat mengkhawatirkannya, karena orang-orang di Nejed sudah terbilang sangat bodoh, mundur, dan berlebihan di dalam mengultuskan semua itu.

Menurutnya, semua itu bertentangan dengan tauhid. Sebab, hanya Allah jualah yang bisa mendatangkan kebaikan dan menjauhkan keburukan. Dia sajalah yang berhak disembah. Dan, hanya kepada-Nya lah saja seharusnya orang-orang meminta apa saja yang diinginkan.

Permasalahan ini -tulis Abd asy-Syafi- kami dapati sangat kental di mayoritas karya-karya Syekh Muhammad bin Abdul Wahab, termasuk surat-suratnya yang ditujukan kepada para ulama, baik yang mendukung maupun yang menentangnya.

Oleh karena itu, para pelaku tawasul diserang tanpa ampun, dimulai dengan nasihat, arahan, berkirim surat pada ulama dan sebagainya. Jika masih bersikeras, diperkuat dengan hukuman dari amir/penguasa Muhammad bin Su'ud yang cenderung dengan kekuatan. Ia menilai, para pelaku tawasul itu menyekutukan Allah. Oleh karena itu, wajib diperangi untuk mengembalikan mereka pada kebenaran, yaitu memurnikan tauhid (pengesaan) kepada Allah.

Bersama Sang Amir, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab terlibat langsung dalam menyiapkan pasukan dan menyusun taktik perang. Syaikh dan Amir terus mengimplementasikan yang diyakini mereka benar. Tidak ada kebenaran selain itu yang patut diatasi dengan kekuatan.

Semangat ini menjalari para pengikut mereka. Maka, setiap kali mereka singgah di suatu desa, kota, atau wilayah tertentu, mereka menghancurkan bangunan-bangunan di atas kuburan.

Nah, ketika mereka menguasai Hijaz di awal pendirian Daulah As-Su'udiyah ketiga, di bawah pimpinan Abdul 'Aziz bin Abdurrahman bin Faishal Alu Su'ud, mereka menghancurkan kuburan sahabat dan meratakannya dengan tanah, termasuk kuburan Ummul Mu'minin Sayyidah Khadijah dan tempat kelahiran Rasulullah.

Bahkan mereka juga hendak menghancurkan kuburan Rasulullah dan sahabat-sahabatnya: Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Al-Khathab. Beruntung raja Abdul Aziz mencegah mereka, sebagai bentuk penghormatan terhadap beliau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun