Mohon tunggu...
Ahmad Fahrizal Aziz
Ahmad Fahrizal Aziz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Blogger

Sekretaris GPMB Kab. Blitar, blog pribadi klik www.jurnalrasa.my.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Blitar Kota Seribu Kafe

2 Juli 2020   13:40 Diperbarui: 2 Juli 2020   13:30 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu kafe di Jalan Mastrip. Dokumentasi pribadi

Uniknya, kafe jaringan itu cukup ramai. Padahal harganya kelas menengah, jika dihitung rata-rata UMR Blitar.

Ada juga kafe-kafe yang dimiliki penduduk lokal. Juga munculnya beberapa reviewer atau blogger, semakin mengesankan jika kafe atau tempat nongkrong di Blitar punya nilai keistimewaannya tersendiri, sehingga perlu direview oleh seorang blogger.

Padahal, bisa jadi mayoritas konsumennya adalah penduduk lokal Blitar. Mungkin ada pendatang, itupun tak signifikan. Rata-rata pendatang karena berwisata ke Makam Bung Karno atau destinasi lainnya, yang jarang sekali menginap.

Buktinya, hotel-hotel di Blitar belum tumbuh signifikan.

Munculnya banyak kafe atau tempat nongkrong itu bisa jadi karena warga Blitar mulai suka nongkrong, atau melakukan pertemuan formal dengan suasana informal agar terkesan santai.

Lalu buat apa nongkrong? Untuk berduaan dengan kekasih? Mungkin, namun bisa jadi faktor lain, yaitu tumbuhnya budaya nongkrong disebabkan 3 hal :

Pertama, mulai tumbuhnya pekerja kreatif dalam bidang digital. Pekerja kreatif ini tidak bekerja dalam suatu kantor, mereka bisa bekerja di mana saja, selama ada jaringan internet dan perangkat yang mendukung.

Kafe atau tempat nongkrong jadi tujuannya, selain memberikan kesan santai, juga memunculkan mood yang berbeda-beda, dibanding hanya di kantor yang monoton.

Rapat di salah satu kafe di Jalan Tanjung Kota Blitar. Dokumentasi pribadi
Rapat di salah satu kafe di Jalan Tanjung Kota Blitar. Dokumentasi pribadi
Kedua, tumbuhnya kelompok atau komunitas. Ini sangat berkaitan dengan ramainya tempat nongkrong. Mereka biasanya mengambil waktu sela di akhir pekan untuk berkumpul.

Kumpulnya bisa sekadar untuk rapat atau diskusi. Ruang-ruang diskusi juga tumbuh di tempat nongkrong, bahkan tak jarang ada apresiasi seni.

Tempat nongkrong dipilih untuk menyegarkan suasana, bisa jadi karena penatnya pekerjaan. Sekalipun berkomunitas atau berorganisasi juga menyita pikiran, namun sebisa mungkin dibuat agar santai namun tetap produktif.

Kafe-kafe pun juga banyak yang membuka dirinya, untuk dijadikan tempat bekegiatan dengan syarat yang mudah. Misalnya cukup dengan mewajibkan membeli konsumsi di tempat tersebut.

Suasana diskusi kepenulisan. Dokumentasi pribadi
Suasana diskusi kepenulisan. Dokumentasi pribadi
Kebijakan ini menjadikan tempat nongkrong sebagai alternatif kegiatan. Sebab jika dikalkulasi, ternyata lebih murah dan menawarkan suasana yang lebih segar. Tidak monoton di gedung tertutup. Syukur-syukur jika kafe tersebut menawarkan desain tata letak yang menarik dan instagramable.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun