Mohon tunggu...
Fahmi Alfaqih
Fahmi Alfaqih Mohon Tunggu... Mahasiswa Informatika Universitas Muhammadiyah Malang

Halo, saya baru saja bergabung dan ingin belajar untuk lebih baik dalam pemberian informasi berupa artikel, mohon saran dan dukungannya✌🏻

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Etika Profesi dalam Keamanan Siber: Ancaman Peretasan Situs Pemerintah dan Perbankan

12 Oktober 2025   15:50 Diperbarui: 12 Oktober 2025   14:48 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Transformasi digital telah membawa layanan pemerintah dan perbankan ke level yang lebih efisien, namun di sisi lain membuka gerbang bagi risiko keamanan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Isu peretasan situs-situs krusial ini telah berevolusi dari sekadar masalah teknis menjadi sebuah krisis etika profesi. Ketika sistem yang menjadi andalan publik berhasil dibobol, yang dipertaruhkan bukan hanya data atau uang, tetapi fondasi kepercayaan masyarakat terhadap institusi. Oleh karena itu, penting untuk menganalisis masalah ini dari sudut pandang etika, mengurai dampak luasnya, menyoroti di mana letak tanggung jawab para profesional, serta merumuskan solusi yang komprehensif untuk membangun pertahanan digital yang tangguh.

Permasalahan mendasar dalam keamanan siber di Indonesia adalah serangan yang semakin canggih dan sering menargetkan infrastruktur vital. Kita sering mendengar kasus peretasan yang bervariasi, mulai dari defacement (perubahan tampilan situs) yang memalukan pada situs kementerian, serangan DDoS yang melumpuhkan layanan publik online, hingga pencurian data nasabah perbankan yang sangat merugikan. Akar masalah ini sangat kompleks, sering kali bersumber dari kombinasi sistem keamanan yang sudah usang, alokasi anggaran yang tidak memadai untuk keamanan siber, dan yang paling krusial, faktor human error atau kurangnya kesadaran keamanan di kalangan internal pengelola sistem. Dampak yang ditimbulkan oleh serangan siber bersifat multifaset dan sangat merusak. Bagi individu, dampaknya bisa berupa kerugian finansial langsung dan pencurian identitas. Bagi institusi seperti bank atau lembaga pemerintah, dampaknya adalah kerugian reputasi yang sulit dipulihkan, gangguan operasional yang signifikan, dan potensi sanksi hukum. Dalam skala yang lebih besar, peretasan ini menggerus kepercayaan publik secara keseluruhan terhadap ekosistem digital nasional dan bahkan dapat mengancam stabilitas ekonomi jika menimpa sektor perbankan secara masif.

Di sinilah peran etika profesi menjadi sentral. Seorang profesional keamanan siber memiliki tanggung jawab etis yang jauh melampaui sekadar memasang antivirus atau firewall. Tanggung jawab mereka mencakup kewajiban untuk terus-menerus memperbarui pengetahuan, secara proaktif mencari dan melaporkan kerentanan sistem (ethical hacking), serta bertindak sebagai penasihat terpercaya bagi manajemen mengenai risiko siber. Mengabaikan sebuah potensi ancaman atau lalai dalam menerapkan protokol keamanan merupakan pelanggaran etis yang serius, karena mereka adalah garda terdepan yang dipercaya untuk melindungi aset digital dan privasi jutaan orang. Solusi yang efektif harus dijalankan secara terintegrasi dari berbagai lini, diantaranya yaitu (a) dari sisi regulasi, pemerintah perlu menetapkan dan menegakkan standar keamanan siber minimum yang wajib dipatuhi oleh semua penyedia layanan krusial, (b) Dari sisi teknis, pendekatan "defense-in-depth" (pertahanan berlapis) harus menjadi norma, yang dilengkapi dengan audit keamanan rutin dan pelatihan intensif bagi karyawan untuk melawan taktik social engineering seperti phishing, dan terakhir (c) dari aspek sosial dan kolaborasi, perlu dibentuk forum berbagi informasi ancaman siber antara pemerintah, swasta, dan akademisi agar dapat merespons ancaman secara kolektif dan lebih cepat.

Secara pribadi, berita mengenai kebocoran data dari sebuah institusi keuangan selalu menimbulkan rasa cemas. Pengalaman ini menyadarkan saya bahwa keamanan data pribadi saya tidak sepenuhnya berada dalam kendali saya, melainkan bergantung pada etos kerja orang lain. Menurut saya, menjadi seorang profesional siber adalah sebuah panggilan yang menuntut integritas tinggi. Ini bukan sekadar pekerjaan teknis, tetapi sebuah amanah untuk menjaga kepercayaan publik. Oleh karena itu, investasi terbesar yang harus dilakukan oleh sebuah negara atau perusahaan bukanlah pada teknologi semata, tetapi pada pengembangan sumber daya manusia di bidang siber yang tidak hanya cakap secara teknis, tetapi juga kokoh secara etis.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun