Mohon tunggu...
Mohammad Fahmi
Mohammad Fahmi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Random Cuties

12 Januari 2016   21:33 Diperbarui: 12 Januari 2016   21:53 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Random Girl | Illustration

“Tapi bagaimana jika dia adalah orangnya? Mungkin saja dari earphone yang dia kenakan tengah mengalun lagu Explosions in the Sky atau malah musik karangan Yoko Shimomura yang merupakan favoritmu. Kalau benar, maka kau jelas telah melewatkan orang yang sudah kau cari-cari semenjak kau akil baligh!” suara ego lainnya terdengar di dalam kepalaku.

Aku pun mulai membungkam suara-suara absurd yang berteriak di dalam kepalaku itu, sambil mengingat-ingat bahwa ini bukanlah pertama kalinya kejadian seperti ini terjadi. Fenomena Random Cuties ini sudah amat sangat sering terjadi, dan sejauh ini tidak pernah ada yang berjalan mulus.

“Apa kau tidak ingat dengan wanita yang kau temui setiap hari di bus yang membawamu ke tempat kerja lamamu? Dia nampak seperti wanita yang sudah 100% sempurna seperti yang engkau harapkan bukan? Ternyata begitu kau berkenalan dengannya dan menguntit kehidupan dia melalui media sosial, dia jelas jauh dari apapun yang kau bayangkan,” ujar ego menyebalkan di kepalaku.

Betapa sulitnya pun aku harus mengakui, tidak bisa dipungkiri egoku ini ada benarnya juga, pikirku dalam hati sambil memberikan makan besar kepada ego negatif yang mengisi kepalaku.

Tapi aku jelas tidak pernah menyesali berkenalan dengan wanita yang rasanya hanya kurang dari 10% cocok denganku tersebut. Toh segala jenis perkenalan dengan siapapun pasti ada positifnya kan.

“Hei coba ingat-ingat, kau lebih sering menyesal karena mengambil keputusan, atau karena tidak mengambil keputusan? Jangan tambah jumlah unicorn dalam hidupmu. Hasil akhir itu belakangan, yang penting coba saja dulu!” teriak egoku yang sedikit tidak terlalu menyebalkan … walaupun pikiran barusan jelas menyebabkan ego alternatif tadi jadi sedikit lebih menyebalkan.


Sementara terjadi konflik batin besar-besaran di pikiranku, aku semakin sering melirik ke arah wanita tersebut, dan sepertinya dia juga menyadarinya. Pada satu poin, mata kami kembali bertemu, namun kali ini dia menyempatkan untuk tersenyum sedikit kepadaku! Otomatis aku membalas senyuman tersebut, namun langsung kembali membuang muka karena malu.

“Oh yang benar saja! Usiamu sudah seperempat abad dan kau masih belum bisa memandang lawan jenis langsung dengan matamu? Dasar bocah bermuka tua,” bisa ditebak ego yang mana yang mengucapkan ini di kepalaku.

Pada saat itu, aku sudah memasukkan buku yang dari tadi kupegang ke dalam tas. Kalau memang pikiranku ada di tempat lain, buat apa memegangi terus buku yang tidak bisa aku baca dengan penuh konsentrasi.

Aku pun mulai membayangkan berbagai skenario yang akan terjadi jika aku nekat mengenalkan diriku pada wanita itu. Pertama, aku jelas akan sangat mengganggu penumpang lain yang harus memberi jalan agar aku bisa menhampiri tempatnya berdiri. Kedua, seluruh isi bus yang mungkin berisi hampir empat puluh orang akan menganggap aku orang mesum tak tahu malu, dan salah satu dari mereka yaitu sang wanita tersebut akan menganggapku sebagai orang mesum tak tahu malu yang merepotkan dan jelas sangat kepedean hanya karena sebuah senyum basa-basi saja. Ketiga, setelah melalui proses-proses memalukan dan menyusahkan tersebut, si wanita tersebut mungkin saja akan berteriak minta tolong karena ada seorang bocah bermuka tua tiba-tiba genit menghampirinya, dan kemudian aku akan dipukuli orang satu bus sampai setengah mati hanya karena aku mengikuti kata hatiku yang jelas tidak bisa dipercaya.

Metro Mini | Illustration
Metro Mini | Illustration
Ah semakin pusing saja aku dibuatnya! Tapi bagaimana kalau dia adalah orang yang tepat? Orang yang telah aku cari-cari dari entah kapan pikiranku mulai memikirkan tentang masa depan sebelum waktunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun