Setiap pagi, kita terbiasa bangun, pakai seragam kerja, lalu berangkat dengan rutinitas yang itu-itu saja. Ada yang sambil menyeruput kopi, ada yang buru-buru ngejar kereta, ada juga yang masih ngantuk tapi tetap berangkat karena "ya namanya juga kerja." Tapi bayangkan kalau tiba-tiba rutinitas itu hilang, seragam harus dilipat, dan ID card dikembalikan. Rasanya pasti campur aduk.
PHK selalu terdengar seperti kata yang menakutkan. Tapi faktanya, ini bukan hal asing lagi di dunia kerja sekarang. Ada karyawan yang sudah belasan tahun loyal, tiba-tiba harus pulang tanpa pekerjaan. Ada yang baru beberapa bulan, tapi sudah kena imbas efisiensi. Sakit? Jelas. Bingung? Pasti.
Di titik ini, peran HR bukan cuma soal administrasi. HR bisa jadi "teman ngobrol" pertama yang mendengar keluh kesah. Kadang, karyawan yang terkena PHK butuh seseorang yang bisa bilang, "Kamu bukan gagal, kamu cuma harus ganti jalan." Sesederhana itu. Kata-kata yang tepat bisa jadi penopang mental di saat rapuh.
Perusahaan yang bijak juga mulai sadar, bahwa hubungan kerja tidak berakhir di surat PHK. Banyak yang menyediakan outplacement program mulai dari workshop bikin CV, latihan interview, sampai memperkenalkan jaringan rekrutmen. Jadi meskipun karyawannya harus pergi, mereka tidak benar-benar "sendirian."
Makanya, pelatihan buat HR dalam menghadapi momen ini terasa penting banget. Bagaimana caranya menyampaikan kabar buruk tanpa meninggalkan luka? Bagaimana cara mendukung mental karyawan, sekaligus menjaga citra perusahaan? Ini bukan sekadar teori, tapi soal empati.
Saya sempat membaca modul pelatihan dari Galeri Training yang bahas hal ini. Menariknya, pendekatannya bukan kaku dan penuh istilah HR saja, tapi juga menyentuh sisi manusiawi. Jadi HR diajak bukan hanya berpikir sebagai manajer, tapi juga sebagai sesama manusia yang bisa merasakan sakitnya kehilangan.
Pada akhirnya, PHK mungkin jadi akhir dari satu perjalanan, tapi juga bisa jadi awal baru. Kalau HR bisa hadir dengan cara yang hangat dan suportif, prosesnya tidak akan terasa terlalu pahit. Karena meskipun seragam dilepas, harga diri dan harapan masih harus tetap dikenakan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI