Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ini Jawaban Misteri Bahtera Nabi Nuh

7 Januari 2020   18:35 Diperbarui: 31 Agustus 2023   17:39 26049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Simbol Klan Kikuchi berupa dua bulu elang. (sumber: teepublic.com)

Gambar ini menunjukkan kemiripan bentuk antara roti Phulka dan model bahtera yang dibuat Irvin Finkel. (sumber: spicytasty.com dan dailymail.co.uk)
Gambar ini menunjukkan kemiripan bentuk antara roti Phulka dan model bahtera yang dibuat Irvin Finkel. (sumber: spicytasty.com dan dailymail.co.uk)
Yang perlu mendapat perhatian juga adalah bahwa dalam Alkitab Kejadian Bahtera Nuh disebut "vessel" atau "bejana", berasal dari sebutan "Tevat Noaḥ" dalam Alkitab Ibrani. 

Etimologi Kata "ark" (bahtera) sendiri berasal dari bentuk "aerc" (Inggris Kuno), yang kemungkinannya berasal dari bentuk "areca" yaitu sebutan ilmiah untuk marga spesies pohon palem. Setidaknya asumsi ini sejalan dengan Serat kelapa yang digunakan Irving Finkel dalam membuat model Bahtera Nuh. (sumber di sini)

Dikutip dari situs dailymail.co.uk: Bahtera Nuh terbuat dari serat tanaman yang dipilin bersama untuk membentuk satu tali panjang, yang melingkari kerangka kayu bulat. Tali ini tebal satu jari dan panjangnya 527 km - kira-kira jaraknya dari London ke Edinburgh. Di lantai anyaman anyaman, sebuah kisi kayu panjang memberikan kekakuan. Bahtera tahan air dengan aplikasi bitumen (sejenis aspal).

Dalam tulisan sebelumnya (Asal Usul Kata "Bahtera" yang Perlu Kamu Tahu!) telah saya bahas jika hasil dari penelusuran etimologi kata "bahtera", secara tersirat menggambarkan jika Bahtera Nuh memang berukuran sangat besar.

Yang menarik karena etimologi kata "bahtera" yakni berasal dari kata baha = waka = kapal; terra= bumi, yang dengan demikian dapat diartikan "perahu bumi" atau "perahu negeri", ternyata menunjukkan makna yang identik dengan kata "wakka tannete" = perahu gunung atau "wakka tana" = perahu negeri, yang ditemukan matthes dalam Kitab La Galigo.

Etimologi kata "bahtera", wakka tannete" atau pun "wakka tana" yang beda penyebutan karena berasal dari bahasa yang berbeda tetapi secara substansi memiliki makna yang sama, tentulah harus dilihat sebagai fakta historis yang merupakan rekaman alam pikir orang-orang di masa lalu tentang suatu hal atau peristiwa.

Jika imajinasi tentang "perahu gunung" kita gabungkan dengan perahu melingkar seperti model yang dibuat Irving Finkel atau diksi fulkal untuk menyebut bahtera Nuh dalam Al Quran yang juga menyiratkan bentuk melingkar, maka hasilnya mungkin dapat kita lihat pada Vimana, merupakan wahana terbang milik Dewa Kubera dalam mitologi India.

Ilustrasi Pushpaka vimana (sumber: wikipedia.org)
Ilustrasi Pushpaka vimana (sumber: wikipedia.org)
Saya berpikir bahwa bisa jadi model Vimana yang terdapat dalam mitologi India pada dasarnya diadopsi dari konsep "perahu gunung" atau "perahu negeri" yang nampaknya berasal mula dari inspirasi orang di masa kuno tentang bahtera Nabi Nuh yang terus berkembang dari waktu ke waktu.

Lokasi Pendaratan Bahtera Nabi Nuh

Dalam Al Quran Surat Hud ayat 44, disebut bahwa Bahtera Nabi Nuh berlabuh di gunung Judi. 

Dan difirmankan, “Wahai bumi! Telanlah airmu dan wahai langit (hujan!) berhentilah.” Dan air pun disurutkan, dan perintah pun diselesaikan dan kapal itupun berlabuh di atas gunung Judi, dan dikatakan, ”Binasalah orang-orang zalim.” (Surat Hud ayat 44)

Dalam pandangan saya kata "judi" adalah sebuah kode. Untuk memecahkan kode seperti ini, jalan satu-satunya adalah dengan meninjaunya dalam bentuk aksara. Mengapa demikian? - karena pada dasarnya aksara adalah "cara kita menggambar bunyi". Pemahaman ini adalah pemahaman paling mendasar dan paling primordial yang dimiliki leluhur kita sejak masa yang sangat kuno, dan konsisten mereka gunakan untuk mengekspresikan alam pikirnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun