Mohon tunggu...
Fadli Achmad
Fadli Achmad Mohon Tunggu... Jurnalis Magang

Sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bela Negara dan Kesiapsiagaan : Menghadapi Ancaman Multidimensi demi Indonesia Berintegritas

15 September 2025   10:56 Diperbarui: 15 September 2025   10:56 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di tengah lanskap global yang terus berubah, tantangan terhadap kedaulatan dan integritas bangsa tidak lagi hanya berbentuk ancaman militer tradisional. Sebuah tinjauan mendalam terhadap berbagai inisiatif pembinaan karakter nasional menyoroti pentingnya pemahaman utuh tentang jati diri bangsa, kesadaran akan isu-isu kontemporer, dan kesiapsiagaan diri yang komprehensif dari setiap warga negara.

Pembentukan karakter bangsa saat ini dipandang sebagai landasan krusial untuk mewujudkan tujuan nasional yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan. Hal ini membutuhkan Aparatur Sipil Negara (ASN) yang tidak hanya profesional, tetapi juga memiliki integritas moral yang kuat dan mampu berperan sebagai perekat persatuan bangsa.

Pancasila dan Sejarah sebagai Pilar Kebangsaan

Wawasan kebangsaan, sebagai cara pandang dalam mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara, ditekankan bersumber dari empat konsensus dasar: Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Sejarah pergerakan nasional, dari berdirinya Boedi Oetomo hingga Sumpah Pemuda dan Proklamasi Kemerdekaan, menjadi bukti nyata bahwa persatuan Indonesia tidak dibangun di atas keseragaman, melainkan dari kesepakatan dan pengakuan atas keberagaman.

Sumpah Pemuda, misalnya, menjadi tonggak penting dalam menyatukan visi teritorial, kebangsaan, dan simbolik, yang puncaknya diwujudkan dalam Proklamasi 17 Agustus 1945. Kisah rela berkorban para pendiri bangsa, seperti penghilangan "tujuh kata" dari Piagam Jakarta demi persatuan, menjadi contoh nyata dari nilai luhur yang harus terus dipegang teguh. Pancasila, yang pertama kali disampaikan oleh Ir. Soekarno pada 1 Juni 1945, diakui sebagai bintang pemandu (Leitstar) dan perekat pemersatu bangsa yang majemuk.

Ancaman Kontemporer yang Mengepung

Perubahan lingkungan strategis yang dinamis, penuh ketidakpastian, dan kompleks telah melahirkan serangkaian ancaman kontemporer yang bersifat multidimensional. Ancaman ini tidak selalu terlihat dalam bentuk konfrontasi fisik, namun dapat merusak tatanan sosial, ekonomi, dan ideologis dari dalam. Di antara ancaman-ancaman tersebut adalah:

  • Korupsi: Kejahatan ini digambarkan sebagai kejahatan profesional yang merusak tidak hanya perekonomian, tetapi juga kepercayaan publik dan moral bangsa.
  • Narkoba: Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba telah mencapai tingkat kritis, melemahkan ketahanan nasional dengan menyasar berbagai lapisan masyarakat, dari pelajar hingga lingkungan kerja.
  • Terorisme dan Radikalisme: Paham radikal yang menghendaki perubahan sosial atau politik melalui kekerasan kini menyebar masif melalui media, keluarga, dan lembaga pendidikan. Kelompok-kelompok ini memanfaatkan teknologi untuk propaganda dan perekrutan, menjadikannya ancaman serius terhadap stabilitas nasional.
  • Pencucian Uang (Money Laundering): Kejahatan ini bertujuan menyamarkan asal-usul uang hasil tindak pidana dan dapat mendistorsi pemerintahan, ekonomi, dan politik, bahkan digunakan untuk mendanai terorisme.
  • Proxy War: Perang non-tradisional ini menggunakan pihak ketiga untuk melemahkan suatu bangsa dari dalam. Tujuannya adalah mematikan kesadaran dan ideologi nasional dengan mengeksploitasi isu-isu sosial, budaya, dan politik untuk menciptakan perpecahan.
  • Kejahatan Komunikasi Massa: Kejahatan siber seperti cyber crime, hate speech, dan hoax memanfaatkan teknologi untuk menyebarkan kebencian dan informasi palsu, merusak kohesi sosial dan persatuan.

Kesiapsiagaan Diri sebagai Benteng Terdepan

Menghadapi ancaman-ancaman ini, peran warga negara, terutama ASN, sangatlah vital sebagai garda terdepan pertahanan non-militer. Kesiapsiagaan bela negara diartikan sebagai kondisi siap siaga, baik secara fisik, mental, maupun sosial, yang dijiwai oleh kecintaan pada NKRI. Ini bukan sekadar kesiapan untuk berjuang secara fisik, melainkan kesiapan untuk mengabdi secara total dan menghadapi ancaman multidimensional.

Untuk mewujudkan kesiapsiagaan ini, setiap individu perlu mengembangkan modal insani yang terdiri dari enam komponen:

  1. Modal Intelektual: Kemampuan untuk berpikir kritis dan adaptif terhadap perubahan.
  2. Modal Emosional: Kemampuan mengelola emosi diri sendiri dan memahami orang lain.
  3. Modal Sosial: Jaringan kerja sama yang memfasilitasi solusi permasalahan.
  4. Modal Ketabahan (Adversity): Sikap pantang menyerah dalam menghadapi kesulitan.
  5. Modal Etika/Moral: Kapasitas untuk membedakan benar dan salah, yang terwujud dalam integritas dan tanggung jawab.
  6. Modal Kesehatan Fisik/Jasmani: Kondisi fisik yang prima sebagai penunjang semua modal lainnya.

Inisiatif pembinaan karakter juga menekankan pada kemampuan awal bela negara yang praktis, seperti menjaga kesehatan jasmani dan mental, menjunjung tinggi etika dan moral, serta melestarikan kearifan lokal. Latihan fisik, keprotokolan, dan kewaspadaan dini---termasuk kemampuan dasar untuk mendeteksi dan melaporkan potensi ancaman---dirancang untuk menanamkan disiplin, memperkuat mental, dan membentuk karakter yang tangguh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun