Mohon tunggu...
fadilmuzackyassidqi
fadilmuzackyassidqi Mohon Tunggu... Pelajar

I'm just a chill guy

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Jejak Atlantis di Jakarta: Ketika Kota Tenggelam Bukan Lagi Mitos

5 Februari 2025   07:00 Diperbarui: 4 Februari 2025   22:28 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto Masjid Wal Adhuna yang kini digenangi air laut dan ditelantarkan, Muara Baru, Jakarta Utara. (Sumber:Kompas.com))

Jakarta Tenggelam: Bukan Sekedar Isu?

Jakarta, adalah ibu kota Indonesia dan juga sebagai jantung pemerintahan Indonesia, dan kabarnya Jakarta sedang mengalami ancaman yang cukup serius. Sejak tahun 1970-an hingga saat ini kasus turunnya tanah Jakarta masih belum terselesaikan hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, mulai dari penurunan permukaan tanah (land subsidence) hingga kenaikan air laut. Fenomena ini bukan sekedar prediksi tetapi sudah terlihat di berbagai wilayah pesisir pantai Jakarta. Wilayah Jakarta juga sering terkena banjir rob yang mengakibatkan terdampaknya infrastruktur akibat banjir yang tidak dapat dicegah. Jika tidak ada langkah mitigasi yang tepat, bukan tidak mungkin sebagian besar Jakarta akan berada di bawah permukaan laut dalam beberapa dekade mendatang. Lalu, apa penyebab utama di balik fenomena ini, dan bagaimana solusi yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan kota ini?.   

Alasan Kota Jakarta Tenggelam Setiap Tahunnya

(Data Penurunan Tanah di Prov DKI Jakrta(Sumber:Youtube Context ID))
(Data Penurunan Tanah di Prov DKI Jakrta(Sumber:Youtube Context ID))

Hampir separuh kota Jakarta sekarang berada di bawah permukaan laut. Selain wilayah utara, bagian lain dari Jakarta juga mengalami penurunan tanah meskipun dengan laju yang lebih lambat dibandingkan dengan Jakarta Utara. Penurunan tanah yang terus terjadi di Jakarta menambah kekhawatiran terhadap masa depan kota ini, terutama dengan prediksi bahwa sebagian besar kota mungkin akan tenggelam pada tahun 2050. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi turunnya dataran Jakarta

1. Berkurangnya Air Tanah yang Menjadi Penahan Utama agar Tanah tak Turun

Diketahui Jakarta memang mengalami penurunan rata-rata 10 cm per tahunnya, sehingga dalam 10 tahun terakhir daratan jakarta sudah menurun hingga 2,5 m, diperparah lagi sebagian wilayah jakarta utara sudah digenangi air laut. Celakanya hal ini akan membuat 95% wilayah Jakarta Utara tenggelam pada tahun 2050. Sebabnya adalah turunnya permukaan tanah akibat masyarakat ataupun industri yang mengambil cadangan air dari bawah tanah, air yang seharusnya menjadi penopang tanah kini menjadi tidak ada, padahal cadangan air inilah yang menahan agar tanah tidak turun. Datangnya hujan juga tidak terlalu berpengaruh karena 97% daerah Jakarta ditutupi beton dan aspal, pesisir bakau yang fungsinya meringankan sungai dan kanal yang meluap juga telah di ambil alih oleh pemukiman liar dan apartemen, hal ini semakin diperparah dengan kelakuan pengembang yang secara ilegal menggali sumur untuk kepentingan pribadi.

2. Perubahan Iklim

Perubahan iklim juga memainkan peran penting dalam penurunan tanah di Jakarta. Kota-kota pesisir seperti Jakarta terdampak oleh naiknya permukaan air laut akibat ekspansi termal (air yang meluas karena panas tambahan) dan mencairnya es di kutub. Kenaikan permukaan laut meningkatkan risiko banjir dan memperparah penurunan tanah. Para ahli menyarankan pengenalan kembali hutan bakau dan peremajaan waduk sebagai bagian dari upaya mitigasi di Kota Tua Jakarta.

3. Pembebanan Bangunan

Beban berat dari bangunan-bangunan tinggi dan infrastruktur lainnya memberikan tekanan pada tanah di bawahnya, menyebabkan tanah menjadi lebih padat dan mengalami penurunan. Mengapa demikian? bangunan-bangunan tinggi, gedung-gedung bertingkat, dan infrastruktur berat lainnya memiliki bobot yang sangat besar. 

Bobot ini memberikan tekanan pada tanah di bawahnya. Sedangkan jenis Tanah di Jakarta sebagian besar wilayahnya memiliki jenis tanah aluvial yang relatif lunak dan mudah termampatkan. Tanah aluvial ini terbentuk dari endapan lumpur, pasir, dan material lainnya yang dibawa oleh sungai. 

Maka dari itu terjadilah kompaksi tanah, ketika beban berat bangunan diletakkan di atas tanah aluvial, tanah tersebut akan mengalami kompaksi. Kompaksi adalah proses pemadatan tanah akibat tekanan, yang menyebabkan volume tanah berkurang dan permukaan tanah menurun.

4. Pengurangan RTH (Ruang Terbuka Hijau)

Kurangnya ruang terbuka hijau di Jakarta mengurangi kemampuan tanah dalam menyerap air hujan. Hal ini mempercepat proses penurunan tanah karena air tidak dapat meresap ke dalam tanah dan justru menggenangi permukaan. Tanpa RTH yang memadai, air hujan akan melimpas di permukaan tanah, menyebabkan erosi dan banjir. Limpasan ini juga membawa sedimen yang dapat menyumbat saluran air dan memperburuk masalah banjir.

Upaya Pemprov Antisipasi Jakarta Tenggelam

Penurunan tanah di Jakarta dapat menyebabkan kota tenggelam. Untuk mengatasinya, pemerintah DKI Jakarta telah menerbitkan Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 93 Tahun 2021 tentang Zona Bebas Air Tanah. Inti dari Pergub No. 93 Tahun 2021:

  • Zona bebas air tanah: Pergub ini menetapkan zona-zona di wilayah DKI Jakarta yang dinyatakan sebagai zona bebas air tanah. Di zona-zona ini, pengambilan dan pemanfaatan air tanah dilarang atau dibatasi.
  • Kriteria bangunan: Pergub ini mengatur kriteria bangunan yang dikenakan pengendalian air tanah di zona bebas air tanah. Kriteria ini meliputi luas lantai bangunan dan jumlah lantai bangunan.
  • Larangan Penggunaan Air Tanah mulai 1 Agustus 2023, pemilik atau pengelola bangunan dengan kriteria tertentu dilarang menggunakan air tanah di zona bebas air tanah. Larangan ini berlaku untuk bangunan dengan luas lantai 5.000 meter persegi atau lebih, dan/atau bangunan dengan jumlah lantai 8 atau lebih.
  • Penggunaan air tanah masih diperbolehkan untuk kegiatan dewatering atau pengeringan air di lokasi konstruksi.
  • Pergub ini mengatur sanksi bagi pelanggar yang masih menggunakan air tanah di zona bebas air tanah setelah tanggal yang ditentukan.

Upaya Pemprov DKI Jakarta dalam mengantisipasi Jakarta tenggelam tidak hanya berhenti pada Pergub No. 93 Tahun 2021. Peraturan ini merupakan bagian dari strategi komprehensif yang melibatkan berbagai aspek, mulai dari pengendalian penggunaan air tanah, pembangunan infrastruktur penahan banjir, hingga penataan ruang kota yang lebih baik. Selain itu, Pemprov juga terus berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan dan mengurangi dampak aktivitas yang dapat mempercepat penurunan tanah. Dengan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait, diharapkan Jakarta dapat menghadapi tantangan penurunan tanah dan tetap menjadi kota yang layak huni di masa depan.

Referensi:

https://youtu.be/M9sXjKV3aeo?si=6a-APaVt7KvxzgUy

https://www.tempo.co/tag/permukaan-tanah-turun

https://rri.co.id/lain-lain/833638/ini-penyebab-penurunan-tanah-di-jakarta

https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20220210143649-199-757554/penyebab-muka-tanah-turun-yang-ancam-jakarta-tenggelam

https://travel.detik.com/travel-news/d-5755812/ini-penyebab-permukaan-tanah-jakarta-semakin-turun

https://jakarta.nu.or.id/jakarta-raya/jakarta-alami-penurunan-tanah-tercepat-di-dunia-TluwS

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun