Mohon tunggu...
fadhilah nur pratiwi
fadhilah nur pratiwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Negeri Makassar

Mahasiswa Sosiologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Stereotipe Perempuan dalam Media

18 Mei 2022   06:51 Diperbarui: 18 Mei 2022   06:58 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Stereotipe cantik tidak hanya muncul di industri periklanan, tetapi juga menembus ruang redaksi berita di televisi. Sebuah stereotipe yang jarang terlihat berada di ruang redaksi di media cetak atau radio.

Stereotipe seputar kecantikan inilah yang akhirnya membuat perempuan membenci tubuhnya. Para perempuan muak dengan wajahnya yang kurang cantik, kakinya yang tidak cukup panjang dan terlalu gemuk untuk tubuhnya. Akibatnya, perempuan menjadi pemimpi -- mereka yang ingin berubah menjadi tubuh yang diinginkan industri. 

Untuk prasyarat indah ini kemudian digunakan untuk menentukan identitas individu, yaitu melalui segala bentuk simbol, makna, representasi, dan gambar. Norma-norma ini biasanya diberi label untuk orang atau kelompok tertentu.

Tanpa disadari, media, khususnya televisi, melalui berbagai program atau programnya, menciptakan stigma tertentu tentang perilaku atau peran perempuan, meskipun belum tentu benar. Hal ini akan sangat merugikan perempuan, apalagi jika masyarakat tidak teredukasi dengan baik tentang kesetaraan gender.

 Seperti contohnya juga di sinetron-sinetron yang kebanyakan menampilkan karakter wanita hedonis yang berperan sebagai perebut suami orang, tukang gosip  pendendam, pecemburu, pemarah dan sebagainya.

Kondisi ini perlu diperhatikan karena ketika masyarakat masih memiliki pemikiran seperti itu, stereotipe perempuan di dunia sosial tidak akan bisa diminimalisir. Dalam situasi ini, banyak orang harus dapat merubah pikirannya untuk menghindari munculnya kesalahpahaman terhadap sosok perempuan. 

Jika kita tidak mengubah pikiran kita, tidak akan ada perkembangan yang signifikan bagi perempuan di masa depan dan perempuan akan terus distereotipekan, dan terlebih lagi, konsekuensi dari stereotipe cukup serius, yang dapat merusak konsep diri dan membatasi individu atau kelompok dalam mengembangkan keterampilan dan kemampuan yang dimiliki, juga akan dapat menghancurkan citra diri

Saatnya media membuka cakrawala perempuan dan membantu membentuk citra perempuan. Setidaknya, semua perempuan harus memiliki kesetaraan gender agar tidak tunduk pada stereotipe yang dapat merusak konsep diri mereka dan dapat bertindak juga mengekspresikan diri sesuai keinginannya tanpa takut distereotipekan di media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun