Mohon tunggu...
Azkiyadza
Azkiyadza Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa

Menyukai membaca karya fiksi dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Makna Takhayul Dalam Drama Lautan Bernyanyi Karya Putu Wijaya

21 Desember 2023   18:15 Diperbarui: 22 Desember 2023   12:59 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kapten: "Tolol! Itu isapan jempol belaka. Pencuri-pencuri yang hendak merampok besi harimau laut. Kau tolol karena percaya semua itu".

Comol: " Tidak, Kapten".

Kapten: "Ya, kau biarkan kupingmu mendengar itu semuanya. Kau biarkan mereka diinjak takhayul macam itu".

Kapten Leo tidak pernah berhenti menganggap apa yang dikisahkan Comol tentang Dewa Laut adalah takhayul. Cerita-cerita masyarakat yang begitu dipercayai Comol semakin membuat Comol kelihatan penakut dan memicu kekesalan Kapten serta menggelitiknya untuk terus mempermainkan Comol. Meskipun di saat-saat tertentu Kapten sendiri menjadi sangsi pada keyakinannya. Ia mencoba menganggap semua teror itu 'tidak ada' tapi mata dan telinganya telah menyaksikan sendiri ada sesuatu yang benar-benar nyata. Kapten menganggap Comol sebagai persoalan yang harus diselesaikan, sebab telah menggiring dirinya pada perasaan-perasaan mencekam perihal mitos-mitos yang dikisahkan. Bagi Kapten kebodohan serta kesetiaan Comol justru melahirkan sikap posesif Comol terhadap dirinya hal ini tentu semakin mempertebal konflik antara Kapten Leo dan Comol. Ini dapat dilihat dalam petikan dialog Comol berikut:

"Wah, Kapten dengar? Dayu Badung anak Dayu Sanur, anak Leak itu. Berbahaya sekali Kapten. Jangan kita pelihara orang itu di sini. Ibunya tukang Leak yang ditakuti di kampung nelayan di seluruh pantai Sanur ini. Ajaib, Kapten. Jangan biarkan ia naik kapal, Kapten. Kapten, Dayu Sanur akan membunuh kita Oo Kapten. Dayu Sanur sangat sakti. Kita tak akan bisa melawannya. Dia tidak bisa dibohongi. Dia pasti tahu anaknya di sini. Berbahaya sekali Kapten, jangan biarkan dia di sini Kapten, dengarlah saya Kapten".      

Kepercayaan Comol pada keberadaan Leak, membuat perasaan Comol menjadi over protektif pada keselamatan Kapten. Itulah sebabnya, ia menolak kehadiran Dayu Badung di kapal, karena ia meyakini, kemurahan hati Kapten justru akan mendatangkan malapetaka. Ia percaya, ibu Dayu Badung, Dayu Sanur pasti kan mendatangkan Leak untuk membunuh Kapten. Bagi Comol, Kapten adalah penyelamat hidupnya. Kapten adalah tempat di mana dia bisa menyandarkan hidupnya. Tapi sebaliknya, dalam pandangan Kapten, Comol adalah bayangan lain yang selalu mengikuti Kapten, yang justru menjadi bagian dari masalah dan bukan sumber penyelesaian masalah.


Cerita-cerita Comol menggiring ilusi Kapten Leo yang kukuh berpandangan bahwasanya mitos adalah sesuatu yang bersifat tidak logis menjelma menjadi sesuatu yang justru dirasakannya terjadi. Hal ini menjadikan Kapten sebagai seseorang manusia yang selalu berpikir secara logika dan menentang mitos terperangkap dalam konflik psikologis yang kompleks, yang kerap menekan batinnya sendiri.

Ia berada pada posisi tidak mempercayai mitos di tengah masyarakat sekitar bahkan orang terdekatnya Comol yang menganggap mitos menjadi sesuatu yang benar-benar hidup dan diyakini benar adanya. Hal inilah yang kemudian memperkuat daya ilusi Kapten sehingga logikanya yang menganggap sosok Leak "tidak ada" menjadi "ada". Kapten yang tersesat di antara logika dan ilusi yang dibangun oleh cerita-cerita Comol menggiring Kapten pada kondisi psikologi yang tidak pasti. Kekalutan Kapten untuk tidak mempercayai mitos semakin lama menggiring ilusinya untuk menghadirkan sesuatu yang "tidak ada" menjadi "ada". Konflik batin terjadi pada Kapten disinilah kemudian ketika kapten Leo telah merasa Lelah dengan apa yang ia rasakan, fikirkan, dan mencapai puncaknya kemudian menghabisi Comol meskipun dalam keadaan yang penuh dengan halusinasi. Ia menembaki Comol tanpa sadar bahwa itu adalah Comol.

Dalam drama Lautan Bernyanyi ini pada dasarnya mengungkapkan ketika kepercayaan masyarakat begitu kuat pasti akan dapat mempengaruhi orang-orang yang berada di dalam masyarakat tersebut meskipun mereka mencoba untuk menentangnya. Melalui Tokoh Kapten Leo sebagai tokoh sentral dalam drama ini banyak kritik terhadap tradisi dan kepercayaan terhadap mitos-mitos disampaikan oleh Putu Wijaya diantaranya dalam dialog Kapten Leo; 

"Alangkah teguhnya mereka menjalani keyakinannya. Adakah mereka lebih mempercayai dewa-dewa dan Leak itu daripada Tuhan?".

Sebagai pengarang Putu Wijaya sebagai dari masyarakat Bali sesungguhnya juga tidak memihak pada modernisme maupun tradisi dengan mitos-mitosnya meskipun pengarang banyak menyisipkan kritik-kritiknya terhadap budaya masyarakatnya. Putu Wijaya memahami bahwasanya mitos- mitos ini berkenaan dengan persoalan spiritual dan agama. Berhubungan dengan ketaatan terhadap sang pencipta (Dewa). Mitos-mitos yang diceritakan bukanlah sekedar cerita turun temurun tetapi hal sakral bagi masyarakat sehingga jika cerita-cerita ini tidak diindahkan akan membawa malapetaka sehingga mereka harus melakukan upacara sebagai doa untuk mengatasinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun