Mohon tunggu...
fadel muhammad ramadhan112
fadel muhammad ramadhan112 Mohon Tunggu... mahasiswa

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Joget Para Wakil Rakyat di Tengah Derita Publik

16 September 2025   17:52 Diperbarui: 16 September 2025   17:50 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pada pertemuan kali ini Rabu, 10 September 2025, saya akan membahas sebuah topik mengenai perilaku yang sangat disayangkan oleh para Wakil Rakyat.Di tengah deretan krisis yang menimpa masyarakat, mulai dari melonjaknya harga kebutuhan pokok, pengangguran karena sulitnya lapangan pekerjaan, hingga menurunnya kualitas layanan publik.Publik dikejutkan oleh aksi sejumlah wakil rakyat yang berjoget ria di ruang parlemen. Aksi ini tentu memicu kontroversi, bukan karena tarian itu sendiri, melainkan karena konteks dan waktu yang sangat tidak tepat. Fenomena ini memunculkan pertanyaan penting: apakah para pemimpin dan wakil rakyat masih mampu merasakan denyut nadi penderitaan masyarakat yang mereka wakili?

Joget memang tidak dilarang di ruang parlemen, menurut sebagian orang joget hanyalah bentuk hiburan atau cara melepas ketegangan, Namun dalam konteks sosial-politik, tindakan tersebut justru menyimbolkan ketidakpekaan terhadap situasi yang sedang dihadapi rakyat. Aksi tersebut menjadi kontras tajam dengan kenyataan di luar gedung dewan : rakyat sedang berjuang menghadapi tekanan hidup, sementara para wakilnya tampak berpesta menikmati yang bahkan tidak sebanding dengan apa yang telah dilakukan.

Parlemen sejatinya merupakan ruang representasi aspirasi rakyat.Tempat di mana suara publik diolah menjadi kebijakan. Namun ketika ruang tersebut berubah menjadi panggung hiburan yang lepas dari realitas sosial, makna representasi menjadi terdistorsi. Tindakan berjoget di saat rakyat berjuang bukan hanya tidak etis, tetapi juga memperlihatkan jauhnya jarak antara elit politik dan masyarakat bawah.

Dalam dunia politik, simbol memiliki kekuatan besar. Tindakan sederhana dapat ditafsirkan sebagai sikap politik. Dalam hal ini, joget di tengah penderitaan publik bukan sekadar bentuk ekspresi, tetapi juga simbol dari minimnya empati. Rakyat bukan hanya menilai pemimpin dari kebijakan, tetapi juga dari gestur dan sikap sehari-hari. Ketika wakil rakyat kehilangan sensitivitas kepekaannya, maka legitimasi moral mereka pun ikut dipertaruhkan.

Akibatnya apa? tentunya aksi semacam ini hanya akan memperlebar jurang ketidakpercayaan publik terhadap lembaga legislatif. Di saat kepercayaan menjadi mata uang utama demokrasi, perilaku tidak sensitif justru menjadi ancaman serius bagi keberlangsungan demokrasi yang sehat. Rakyat dapat menerima kesalahan kebijakan, tetapi tidak dengan sikap yang meremehkan penderitaan mereka.

Kesimpulannya, joget para wakil rakyat di tengah derita publik bukan hanya soal salah waktu, tetapi juga salah makna. Di tengah penderitaan rakyat, wakil yang baik seharusnya hadir dengan empati, kerja nyata, dan simbol-simbol kepedulian, bukan kegembiraan yang tidak pada tempatnya. Sudah saatnya para pemimpin menyadari bahwa setiap tindakan mereka sekecil apapun membawa pesan. Dan pesan dari aksi berjoget di tengah krisis adalah bahwa rakyat seolah tidak sedang menjadi prioritas dan seperti tidak dianggap.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun