Mohon tunggu...
Ezra Ganesha
Ezra Ganesha Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Secuil Ide untuk Lahan Reklamasi yang Sudah Terlanjur di Teluk Jakarta

27 November 2018   17:00 Diperbarui: 27 November 2018   17:40 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pabrik Desalinasi Air Laut

Sepeti apa teknologi instalansi pengolahan air laut menjadi air tawar? 

diagram-desalinasi-5bfd0ca1677ffb08ef3367b5.png
diagram-desalinasi-5bfd0ca1677ffb08ef3367b5.png
Desalination Treatment (pub.gov.sg)

Dua pendekatan utama untuk merubah air laut menjadi air tawar adalah dengan desalinasi dan distilasi. Desalinasi adalah proses menghilangkan garam berlebih dalam air, sedangkan destilasi adalah pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan dan kemudahan menguap atau penyulingan. Dua metode yang umum digunakan adalah reverse osmosis dan multistage flash. Pada metode reverse osmosis, air laut yang sudah melalui tahap pre-treatment kemudian disalurkan ke membrane dengan pompa bertekanan tinggi. Pada sistem distilasi air laut bertingkat (Multistage Flash Distillation System), air laut dipanaskan berulang-ulang pada setiap tingkat distilasi dimana tekanan pada tingkat sebelumnya dibuat lebih rendah dari tingkat berikutnya.

Begitulah serangkaian tahap yang harus dilalui untuk memproses air laut di Jakarta, jika pulau reklamasi tersebut mau kita manfaatkan sebagai instalasi penyedia air bersih untuk Jakarta. Pasalnya kebutuhan air Jakarta sudah sangat tinggi, dengan 10 juta penduduk, bayangkan saja berapa jumlah kebutuhan air minum, apalagi kebutuhan air bersih. Instansi pengolahan air laut (Desalination Plant) di Tuas, Singapura mempunyai kapasitas 113 juta liter per hari.  Dengan kapasitas tersebut, kurang lebih dapat memenuhi 30% kebutuhan air bersih warga Singapura (pub.gov.sg). 

Pertanyaan berikutnya adalah, berapa jumlah kebutuhan air bersih warga Jakarta per harinya? Menurut Direktur Utama PDAM Jaya Erlan Hidayat pada tahun 2016, untuk memenuhi kebutuhan 10 juta penduduk Jakarta diperlukan 26.100 liter air bersih, per detik nya! Suplai air bersih yang ada saat ini sebesar 17.000 liter per detik, sehingga Jakarta masih memiliki defisit sebesar 9100 liter per detik. Hal tersebut setara dengan 786 juta liter air bersih per hari. Dengan kebutuhan air bersih yang sebanyak itu, setidaknya di perlukan 6 Desalination Plant berkapasitas setara dengan yang ada di Tuas, Singapura, dengan total luas hanya 21 Ha. Luas ini tidak sampai 5 persen keseluruhan luas Pulau C,D,dan N atau Pulau"Kita Maju Bersama".

Tidak hanya Jakarta, Pulau reklamasi yang sudah dibuat juga mengalami tantangan berat dalam memenuhi kebutuhan air bersih nya, bahkan lebih sulit. Nantinya, jika pengandaian membuat Instansi pengolahan air bersih di tanah reklamasi itu dapat terwujud bukan berarti tidak akan ada hambatan dan tantangan dalam melakasanakannya. Dr. Alan Koropitan, salah satu Ahli Oseanografi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) mengatakan bahwa, mengolah air limbah di Teluk Jakarta sangat sulit untuk dilakukan, teknologi untuk membuat instalasi pengolahan air ini sangat mahal. Hal tersebut disebabkan kondisi pencemaran air di Jakarta begitu kompleks. Biaya yang di keluarkan bisa setara dengan biaya pembangunan reklamasi itu sendiri (kbr.id).

Bakteri menjadi salah satu tantangan ketika melakukan treatment pengolahan air, tetapi bakteri masih relative lebih mudah di proses dibandingkan logam berat. Dengan adanya 13 sungai yang bermuara di Teluk Jakarta, tentunya logam berat menjadi tantangan khusus dalam pengolahan menjadi air bersih. 

Alternatif lain, pipa penyedot air dapat di letakkan lebih ke utara sampai di posisi yang sesuai baku mutu sebelum akhirnya dilakukan proses pre-treatment.

Akan tetapi lokasi yang dipilih tentunya juga perlu memerhatikan dampak terhadap biota laut di sekitarnya dan juga tidak mempengaruhi aktivitas penangkapan nelayan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun