Tak sampai satu minggu dari urun rembuk itu, Tadi dan rekannya kompak membersihkan sampah, ranting-ranting pohon, plastik, daun kering, dan lainnya yang berserakan.
Beberapa rekan yang lain mengambil foto dan video untuk diposting di berbagai platform media sosial.
Tadi juga Ketua Komunitas Sataretanan. Kata sataretanan, berasal dari Bahasa Madura, berarti ikatan saudara atau persaudaraan. Melalui komunitas itu, Tadi dan memanfaatkan Kali Jompo untuk tempat wisata.
Sataretanan terbentuk 17 Juli 2021. Kegiatannya untuk sosial, seperti khitanan, santunan, baik santunan kematian dan untuk dhuafa.
Komunitas ini punya prinsip, "siaga membantu masyarakat untuk kebaikan." Komunitas itu memilih mandiri dan independen. Tak pandang bulu dalam membantu.
Air yang mengalir di sepanjang kali tidak semua dari gunung. Ada juga dari mata air yang muncul dari pinggiran kali.
"Debit air normal. Air tetap mengalir meskipun kemarau. Hanya kalau kemarau berkurang. Sungai dimanfaatkan banyak hal, termasuk irigasi ke ladang-ladang warga," katanya
Area tempat wisata masih di bagian pintu  masuk perkebunan  karet dan kopi. Ia juga jadi area akses warga kalau ke lereng gunung.
Dia bilang, pemanfaatan Kali Jompo jadi wisata alam untuk jaga kebersihan sungai, angkat nama desa, dan bantu ekonomi warga sekitar.
"Intinya, pemanfaatan Kali Jompo  untuk  kebaikan bersama. Alam dan ekonomi warga. Kami kelola ini secara swasembada antar anggota komunitas dan dukungan masyarakat  juga," kata Tadi.
Tadi meyakini, pengelolaan wisata Kali Jompo memiliki dampak signifikan, baik budata, lingkungan dan ekonomi.