Keracunan MBG massal akibat program Makanan Bergizi Gratis menunjukkan lemahnya sistem pengawasan makanan sekolah. Apa yang harus kita lakukan untuk melindungi anak-anak dari ancaman ini?
Pernahkah Anda merasa khawatir dengan makanan yang Anda konsumsi? Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali terjebak dalam rutinitas yang membuat kita tidak terlalu peduli dengan asal-usul dan kualitas makanan yang kita makan.
Namun, bagaimana jika yang terlibat adalah anak-anak kita? Apa yang terjadi jika makanan yang disediakan untuk mereka, yang seharusnya bergizi, malah membahayakan nyawa mereka?
Baru-baru ini, keracunan massal yang melibatkan program Makanan Bergizi Gratis (MBG) di sejumlah sekolah mengundang perhatian publik.
Beberapa pertanyaan timbul. Apa yang salah dengan program yang seharusnya membantu anak-anak ini? Kenapa, di tengah upaya pemerintah untuk meningkatkan gizi anak-anak sekolah, justru muncul kasus keracunan yang melibatkan makanan bergizi?
Ketergantungan pada Sistem Pengawasan yang Lemah
Program MBG adalah salah satu upaya pemerintah untuk memastikan anak-anak sekolah mendapatkan makanan bergizi, terutama mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu.
Tujuannya adalah untuk mendukung kesehatan dan prestasi akademik mereka, dengan menyuplai makanan bergizi setiap hari.
Namun, dalam beberapa bulan terakhir, kasus keracunan akibat makanan yang disediakan oleh program ini muncul di beberapa daerah. Ini menandakan ada masalah besar dalam sistem pengawasan makanan yang didistribusikan ke sekolah-sekolah.
Menurut laporan Indonesia Corruption Watch (ICW) mengungkapkan bahwa kualitas makanan yang disediakan tidak memenuhi standar gizi minimal, mencakup kandungan protein, vitamin, dan keragaman menu. Di beberapa sekolah, siswa bahkan membuang makanan karena rasa yang tidak sedap. Â Kompas.com (2025)
Kasus ini bukan hanya soal kesehatan, tetapi juga menyentuh masalah kepercayaan publik terhadap sistem yang ada. Jika makanan yang seharusnya menyelamatkan nyawa malah membahayakan, apa yang bisa kita harapkan dari sistem pengawasan makanan sekolah kita?