Kuberjalan sepanjang lorong alam. Memasang mata dan menjaga telinga. Ada banyak tanggapan pada satu kejadian.
Seorang bocah kecil berlari di tengah hujan. Badan setengah telanjang. Melompat tinggi sambil berteriak. Senyumnya lebar selebar wajahnya. Berlari dengan kencang mengikuti alunan irama hujan seperti lagu reggae.
Beberapa orang petani di hamparan sawah membentang menggerutu dengan wajah merengut. "Ah, hujan ini menjengkelkan, tak pernah berhenti", kata mereka.
Lalu aku duduk termenung di bawah pondok ini. "Seandainya musim diatur manusia, apakah pengaturnya tidak pusing mendengar berbagai keluhan tentang hujan yang sama. Yang satu gembira, yang lain sedih. Yang lain melompat kegirangan dan yang lain muka merengut".
Aku mensyukuri apapun pemberiaanmu sang pencipta langit dan bumi. Apapun yang kau berikan adalah rahmat. Â Dengan hati yang ikhlas dan hati penuh syukur menerima semua pemberianMu.