Seringkali kau ucapkan: "Merdeka!". Kataku kau belum merdeka. Lantas engkau marah padaku. Persetan kataku.
Kau memang benaran belum merdeka bahkan kau adalah penjajajah. Sebab kau bilang menjunjung tinggi toleransi tetapi tega membom saudara sebangsa dan setanah air. Sebab pikiranmu masih bercokol dengan dogma-dogma picik menyesatkan. Sebab kau tidak pernah memikirkan nasib tetanggamu yang miskin tetapi menaikkan harga demi memperkaya diri. Sebab kau memprovokasi keadaan demi tercapainya tujuan politikmu. Sebab kau menggunakan politik identitas demi mendapatkan jabatanmu. Sebab kau menahan sembako di gudangmu untuk dijual kembali dengan harga tinggi ketika barangnya langka
Maaf, aku juga belum merdeka
Bila aku hanya mengharapkan bantuan pemerintah tanpa mau meningkatkan ekonomi. Bila aku mau mendapatkan pelayanan prima tapi lupa membayar pajak. Bila aku protes terhadap kebijakan pemerintah padahal kebijakan itu menyelamatkan masyarakat umum
Kau dan aku merdeka
Jika kebhinekaan kita akui dan tetap dijaga sampai darah tidak lagi mengalir di dalam tubuhmu dan tubuhku. Jika nilai-nilai Pancasila diamalkan dalam keseharian hidup. Jika membangun negeri sesuai tupoksi kita masing-masing. Garuda tetap di dadamu dan di dadaku selamanya...Sebagaimana Bung Karno pernah berkata:Â "Negara Republik Indonesia ini bukan milik sesuatu golongan , bukan milik suatu agama, bukan milik sesuatu golongan adat-istiadat tetapi milik kita semua dari Sabang sampai Merauke".