Ada kisah inspiratif dari lembah Balim untuk masyarakat akar rumput dalam keadaan apapun, kami percaya kisa ini memberi semangat untuk bangkit kembali serta berjalan maju.Â
 Pemuda bernama Elipas Wamu.Ia meninggalkan kampung halaman silo/samilo wilayah adat pugima distrik walelagama pindah ke SD YPPGI pyramid sewaktu kelas lima(5). Ia melanjutkan jenjang selanjutnya SMP dan SMA satu atap yaitu Kristen Baliem Terpadu di wilayah adat pyramid.Â
Suatu ketika Ia harus bayar uang sekolah sebesar dua ratus lima puluh ribu (250.000), lalu Ia pergi ke salah satu keluarga untuk meminta bantuan. Kata keluarga itu kepada Eli " saya tidak bisa bantu karena tidak ada uang, jadi mulai sekarang kamu harus mandiri" ujar keluarga itu. Eli penasaran dan merenungkan apa yang disarankan itu menghantui pikirannya walaupun dalam kelas.Â
Dengan berjalannya waktu, kebetulan ia sering membantu cuci piring kotor bersama tukang bangunan di dekat dimana Ia tinggal. Suatu hari dapur kehabisan kayu bakar, tugas masak meminta tolong kepada Eli untuk hubungi orang yang bisa bawa kayu bakar. Peluang itu Ia beranikan diri untuk mendatangkan uang dengan mencari kayu bakar. Dengan demikian ia mulai hasilkan sendiri sejak itu, sebagai bentuk mandiri seperti yang disarankan keluarga itu.Â
Kemandirian itu Ia mulai dengan menjual kayu bakar lalu bergeser ke mesin babat rumput semasa kuliah, setelah lulus Ia pernah coba dengan usaha lain tapi tidak berjalan lancar karena banyak faktor, kemudian Ia tekuni pelihara ternak babi dan ayam. Dengan modal hasil dari pelihara ternak itu, Ia berhasil beli mesin air Reverse Osmosis (RO). Dalam perjalanannya menghadapi ragam masalah untuk menuju keberhasilan. Ia pernah dijanjikan untuk bantuan belasan juta tapi waktu demi waktu terus menunda-nunda hingga saat ini pun hilang kabar. Hal semacam ini, telah menjadi kekuatan dan semangat untuk terus maju dan kerja keras.Â
 Ia memiliki impian besar untuk membantu masyarakatnya memiliki akses air bersih yang layak. Selama ini, masyarakat desa terpaksa menggunakan air sungai yang keruh dan tidak sehat.
Eli juga memiliki pengalaman tentang masalah pencemaran air. Ia melihat banyak masyarakat yang menderita penyakit karena menggunakan air yang tidak bersih. Ia pun bertekad untuk melakukan sesuatu untuk mencari jalan keluar. Dengan menggunakan teknologi RO yang memiliki dua membran dapat menyaring partikel partikel kotor dari molekul air sehingga, menghasilkan air bersih yang berkualitas.Â
Menurutnya kami kasih harga per Galung sepuluh ribu (10.000) agar masyarakat bisa dapat akses air bersih. Hal ini juga merupakan keberpihakan kami kepada rakyat akar rumput. Botol Aqua di kios pedagang jual sepuluh ribu, kami jual satu Galung sepuluh ribu, ini adalah sesuatu yang beda tapi mengandung banyak tantangan. Tantangan ada pupuk untuk kami maju, oleh karena itu apa yang sudah dimulai terus maju dan pasti Tuhan memberkati.Â
PenaYondaÂ
Agamua,