Mohon tunggu...
PenaYonda
PenaYonda Mohon Tunggu... Penulis dan guru jalanan

Menulis adalah suatu keabadian. hanya buah pemikiran yang dapat ditingalkan sebagai kenangan abadi di bumi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nilai nilai kehidupan dalam tradisi bakar batu: Sosial, budaya dan ekonomi

17 Juni 2025   09:41 Diperbarui: 17 Juni 2025   09:41 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Doc-PenaYonda||Kelep Lunik (susun Batu)

Bakar batu atau sering disebut Barapen adalah sebuah penyebutan yang menggambarkan isi kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat pribumi di papua barat.

Dalam konteks budaya, fenomena Barapen berkedudukan pesta jamuan rakyat bangsa papua barat dan memiliki nama besar bagi pewarisnya.

Bakar batu adalah sebuah metode masak dengan jumlah makanan yang banyak. Kebiasaan masak bakar batu, telah ada sejak dahulu di papua barat. Cara dan pemahaman mengenai kebiasaan bakar batu ini tidak diajarkan di kampus atau teori-teori moderen yang datang dari luar tapi, sudah ada di Papua, artinya orang papua telah memiliki ilmu pengetahuan tidak tertulis yang telah diterapkan dalam kehidupan masyarakat.

Pada kegitan bakar batu juga memiliki beberapa nilai-nilai kehidupan: sosial, budaya, dan ekonomi, serta sains. Fenomena sains dimana batu dibakar diatas tumpukan kayu dan batu menyerap panas ditandai dengan adanya warna merah. Batu panas tersebut diambil mengunakan penyempit lalu diletakan diantara makanan mentah yang dimasak di dalam kolam sebagai wadah (sistem) , kemudian ditutup atau dibungkus dengan rerumputan dan dedaunan sangat rapi, sehingga uap di dalam kolam membuat makanan termasuk.

Aktifitas bakar batu mengundang banyak orang. Kekompakan dan kebersamaan dalam memasak menumbuhkan nilai keakraban dan kekeluargaan serta tali ikatan emosional sehingga "persatuan" menjadi milik rakyat bersama.

Kegiatan yang melibatkan banyak orang telah menjadi sarana atau wadah terjadinya interaksi sosial sehingga menantang prinsip individualisme. Tradisi Bakar Batu telah menyediakan kesempatan atau memberikan kebebasan kepada rakyat pribumi, menghiasi tubuhnya sebagai rasa bangga dan ekspresikan diri sebagai orang berbudaya. Hal tersebut dapat terjadi karena memiliki semangat dan sensasi tersendiri.

Pendidikan cara memasak Bakar Batu leluhur mewariskannya dengan cara literasi lisan di Kunume(Universitas dalam bahasa Lani), lalu di praktekan "learning by doing and teaching by showing". Yaitu, belajar dengan mengerjakan sendiri dan mengajarkan dengan memberi contoh.

Kegiatan Bakar Batu ini,sudah mendunia walaupun belum didaftarkan atau belum diakui oleh UNESCO sebagai warisan kebudayaan dunia. UNESCO (The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) adalah suatu badan organisasi berdimensi internasional yang melegalkan nilai-nilai kebudayaan di seluruh belahan Dunia, sehingga dapat meningkatkan nilai dan harga suatu produk pemikiran sebagai warisan Dunia. 

Bakar Batu sudah mendunia dapat dilihat dari beberapa negara: America, Canada, Fiji, dan Fasifik.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun