Mohon tunggu...
EVI MINARSIH
EVI MINARSIH Mohon Tunggu... Jurnalis - perencanaan wilayah dan kota Universitas Jember

seorang mahasiswi planologi yang ingin terus belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Nature

Pengaruh Kearifan Lokal dan Pengetahuan Lokal terhadap Sistem Pertanian dan Pola Bangunan di Bali

16 September 2019   23:05 Diperbarui: 16 September 2019   23:12 732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak suku dan budaya.
Keberagaman tersebut menjadikan di setiap wilayah maupun kepulauan memiliki kebijakan
baik dari pemerintah maupun dari suku budaya berbeda-beda yang bisa di sebut juga dengan
hukum adat. Tidak termasuk pula di daerah Bali, Bali merupakan salah satu daerah yang
masih memegang teguh hukum adat yang berlaku sebagai pengetahuan lokal yang
berkembanag di Indonesia mengingat jumlah kebudayaan yang aada dan kearifan lokal yang
harus dikembangkan.
Pengetahuan lokal merupakan suatu problematik (Nygren 1999). Pengetahuan lokal
sering dianggap tidak ilmiah , sehingga pengetahuan lokal dapat ditelusuri dalam bentuk
supranatural dan pragmatis. Pengetahuan dalam pragmatis yaitu menyangkut pautkan dengan
pengelolahan sumber daya alam dan tetap di kaitkan dengan supranatural. Namun,
pengetahuan lokal yang sudah tertanam dalam masyarakat Indonesia tidak bisa dihilangkan
dengan mudah. karena pengetahuan lokal ini sudah tertanam dalam masyarakat dan diajarkan
sedini mungkin dan berkelanjutan dan akan terus di lestarikan dengan diajarkan kepada anak
cucu mereka. Pengetahuan lokal yang kemudian direalisasikan dalam kehidupan masyarakat
sering disebut dengan kearifan lokal.
Kearifan lokal merupakan perilaku positif manusia dalam berhubungan dengan alam
dan lingkungan sekitarnya yang dapat bersumber dari nilai-nilai agama, adat istiadat petuah
nenek moyang atau budaya setempat (Wietoler, 2007). Kemudian perilaku ini berkembang di
suatu daerah dengan unsur-unsur pembangun yaitu budaya dan suku-suku yang tinggal dan
menetap di daerah tersebut. Kerifan lokal memiliki beberapa ciri-ciri yaitu:
1. Dapat bertahan terdahap budaya barat.
2. Dapat mengendalikan unsur budaya asing yang masuk ke dalam negeri.
3. Dapat memberikan arahan terhdap perkembangan kebudayaannya.
4. Mempunyai keahlian mengakomodasi dan mengintegrasi unsur budaya asing yang
masuk kedalam negeri.
Kearifan lokal juga memiliki fungsi yaitu:1. Untuk pelestarian sumber daya alam.
2. Untuk pengembangan sumber daya manusia.
3. Untuk melestarikan kebudayaan dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
4. Sebagai kepercayaan, petuah, sastra dan pantangan.
5. Bermakna sosial, misalnya pada upacara daur pertanian.
6. Memiliki makna moral dan etika yang terwujud dalam kehidupan sehari -- hari
maupun upacara adat.
Indonesia memiliki beragam suku bangsa sehingga memiliki ragam kearifan lokal.
Kearifan lokal juga dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari -- hari misalnya dalam
nercocok tanam dan dapat juga dijadikan acuan atau kebijakan dalam penataan suatu kawasan
ataupun wilayah. Contohnya di Bali yang memiliki sistem pertanian yang sangat unik yaitu
dengan sistem irigasi namun berbeda dengan irigasi yang biasa digunakan yaitu sistem subak.
Sistem subak ini merupakan salah satu wujud kearifan lokal yang terus dilestarikan hingga
saat ini dan juga dapat dijadikan sektor ekowisata. Sistem subak ini telah diakui hingga
manca negara dan telah diakui oleh UNESCO sebgai warisan dunia dikarenakan sistemnya
yang unik dan dalam kondisi eksisting perwujudannya sangat terencana dan rapi. Subak
merupakan merupakan realisasi dari konsep Tri Hita Karana yang artinya tiga penyebab
terciptanya kebhagiaan dan kesejahteraan. Untuk penerapannya dalam sistem subak yaitu:
1. Parahyangan
Parahyangan adalah hubungan yang harmonis antara menusia dengan tuhan.
2. Pawongan
Pawongan yakni hubungan yang harmonis antara menusia dengan seksama.
3. Palemahan
Pelemahan merupakan hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam dan
lingkungannya
Subak dalam masyarakat Bali nukan hanya sekedar sistem irigasi, namun merupakan
konsep kehidupan begi msyarakat Bali itu sendiri, subak mampu bertahan hingga satu abad
lebih karena masyarakat bali patuh terhadap hukum adat yang berlaku. Pembagian air pada
sistem subak dilakukan secara adil dan merata, segala masalah yang adaa di pecahkan
bersama, bahkan hingga waktu penanaman padipun dilakukan secara bersamaan. Tidak hanya
itu sistem subak juga memiliki aturan dan sanksi yang tegas. Masyarakat yang melanggar
akan menentukan sendiri resiko ataupun sanksi yang akan ditanggung melalui upacara adatatau ritual yang akan dilaksanakan di pura. Tidak hanya sistem pertanian yang masih terpaku
pada hukum adat yang berlaku, namun pada pola bngunan dan sky line bangunan yang ada di
Bali juga merujuk pada hukum adat yang berlaku.
Banguan yang ada di Bli telah diatur dalam sebuah perda yang berlaku. Perda tersebut
mengatur mulsi dsri izin pendirisn bsngunsn hinggs perstursn tinggi bangunan.Menurut Perda
Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Rencana Tata Ruang wilayah Bali, sebuah bangunan tidak
boleh memiliki ketinggian lebih dari 15 meter. Hal ini dilakukan pemerintah untuk
membatasi jumlah pendduk agar pertumbuhan penduduk dapat stabil dan seimbang antara
luasan wilayah dengan jumlah penduduk yang menempati wilayah tersebut. Selain bertujuan
untuk mengontrol pertumbuhan penduduk, peraturan ini merupakan bentuk aspirasi
masyarakat bali yang oeduli d upengan tata ruang dan kebudayaan yang sangat melekat. Tata
tinggi bangunan suadah ditetapkan di perda maupun pada hukum adat. Mereka menganggap
bahwa tatanan ruang yang mereka miliki sudah ada sejak turun menurun dan beranggapan
bahwa bangunan yang memiliki tinggi lebih dari 15 meter akan mengganggu keindahan Bali
itu sendiri. Sehingga pola ruang dan sky line bangunan yang ada di Bali memiliki ciri khas
tersendiri dengan memegang teguh kebudayaan yang ada sehingga menciptakan karakteristik
suatu kawasan sehingga dapat menjadi pusat sektor unggulan yang dapat meningkatkan
perekonomian daerah dan tata bangunan dan lingkunagn daerah tersebut.
Di Bali pengetahuan lokal dan kearifan loka sangat berpengaruh pada sistem
pertanian dan tata banguna yang ada. Sistem irigasi yang terbentuk menambah destinasi Bali
semakin mencolok terutama pada sektor ekowisata. Tak hanya itu sistem pertanian yang di
terapkan yaitu sistem subak sangat berpengaruh pada pengelolahan saluran irigasi yang
efisien dan pemerataan penagiran di setiap lahan pertanian yang ada menjadikan kearifan
lokal sangat berpengaruh pada hasil pertanian yang ada mengingat sumber air yang terbatas.
Untuk penataan pola ruang dan sky line bangunan, kearifan lokal sangat berpengaruh karena
dapat menciptakan karakteristik pola ruang dan bangunan serta bermanfaat untuk menekan
dan mengontrol terjadinya pertumbuhan penduduk. Kearifan lokal yang terus dilestarikan
membantu dalam penataan tata ruang yang ada dan pengetahuan lokal yang ditanamkan pada
setiap penduduk Bali sangat bermanfaat dan berdampak positif bagi pola ruang Bali
mengingat Bali merupakan salah satu pusat pariwisata di Indonesia yang masih memegang
teguh hukumm adat yang berlaku

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun