Mohon tunggu...
Amri MujiHastuti
Amri MujiHastuti Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan Sekolah Dasar

Pengajar, Ibu, pemerhati pendidikan anak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Refleksi Peran dan Nilai Seorang Guru Penggerak

20 November 2022   10:40 Diperbarui: 20 November 2022   10:42 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara Memberi Arah Pendidikan Indonesia

Dalam PPGP para calon guru penggerak belajar tentang filosofi pendidikan nasional KHD. Melalui modul ini saya belajar mulai dari diri sendiri dengan berefleksi tentang pengetahuan yang telah saya pahami mengenai filosofi pendidikan nasional KHD. KHD sebagai tokoh pendididikan nasional dikenal dengan semboyan pendidikan yang harus diterapkan oleh seorang pendidik yaitu ing ngarsa sung tulodho, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Seorang pendidik hendaknya mampu memberi tauladan di depan, memotivasi di tengah, dan mendorong kemajuan dari belakang. Semboyan tersebut menjadi pemantik dalam mengenali diri saya sebagai seorang pendidik yang harus merdeka belajar, dan sekaligus sebagai pemelajar merdeka agar dapat meneruskan nilai tersebut kepada siswa. Selanjutnya dalam eksplorasi  konsep saya berefleksi mengenai pendidikan zaman kolonial dan pemikiran KHD yang ingin mendobrak sistem yang tidak sesuai dengan cita-cita Indonesia merdeka. KHD (1956) menyebutkan "Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan garis-garis bangsanya (kultural-nasional) dan ditujukan untuk keperluan perikehidupan (maatschappelijk), yang dapat mengangkat derajat negeri dan rakyatnya, sehingga bersamaan kedudukan dan pantas bekerjasama dengan lain-lain bangsa untuk kemuliaan segenap manusia di seluruh dunia."  

Pada fase ini KHD berusaha menumbuhkan budaya dan peradaban melalui sekolah dengan menjadikannya sebagai pusat pembentukan karakter siswa. Dengan lugas dan tegas KHD membagikan prinsip pendidikan yang berpihak kepada siswa, pendidikan adalah tuntunan, pentingnya sebuah tuntunan, kodrat alam dan kodrat zaman, dan budi pekerti. Pada tahapan ini menjadi momen yang mencerahkan bagi saya. Mulai  saat itu saya meyakini sekolah sebagai pusat pembentukan karakter siswa bahkan karakter sebuah negara, termasuk apakah perikehidupan yang akan diyakini adalah sebagai manusia yang gerak lahir dan batinnya merdeka atau sebaliknya. Hal tersebut tentu saja merubah cara pandang saya mengenai sebuah cita-cita besar dari institusi bernama sekolah yang lebih dari sekedar mengajarkan pengetahuan kepada siswa. Selanjutnya dalam ruang kolaborasi saya mewujudkan semangat gotong royong untuk menggali pendidikan berdasarkan garis-garis bangsa dalam konteks budaya dan kearifan lokal untuk tidak mencerabut siswa dari perikehidupan bangsanya dalam pendidikan. Demonstrasi kontekstual menghasilkan sebuah karya seni puisi berjudul "Puisi untuk Ananda" sebagai demonstrasi kontekstual bagaimana saya akan menerapkan filosofi pendidikan nasional KHD di sekolah saya, Dalam Elaborasi Konsep saya memperdalam dan merefleksikan kembali pemahaman saya bersama instruktur. Dalam Koneksi antar Materi kembali saya berefleksi dan membuat kesimpulan serta membuat rencana dan menentukan cara untuk mengeksekusi filosofi pendidikan nasional KHD dalam aksi nyata sebagai penerapan atas apa yang telah dipelajari dalam PPGP. Yang menjadi catatan saya adalah dari rangkaian pembelajaran dalam modul ini saya menyadari bahwa pendidikan harus dapat memajukan perikehidupan bangsa dan sekaligus tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan.

Peran dan Nilai Guru Penggerak serta Filosofi Pendidikan Nasional KHD untuk Wujudkan Merdeka Belajar

Dalam modul selanjutnya calon guru penggerak disajikan pokok bahasan tentang nilai dan peran guru penggerak sebagai pemimpin pembelajaran dan pemimpin transformasi pendidikan di komunitasnya. Pada fase mulai dari diri sendiri saya membuat trapesium usia dan mendeskripsikan momen-momen penting dalam trapesium usia tersebut terutama mengenang masa menempuh pendidikan dan interaksi dengan guru-guru yang pernah berjasa dalam hidup saya. Melalui trapesium usia tersebut saya menyadari bahwa kenangan saat kita mengenyam pendidikan apakah itu positif atau negatif akan membekas dalam ingatan kita dan bahkan membentuk keyakinan diri atau nilai yang kita percayai mengenai pendidikan kemudian membentuk kita menjadi manusia merdeka belajar atau sebaliknya dan akan membentuk kita menjadi guru yang lebih baik yang mampu mengajarkan adab sebelum ilmu kepada siswa. Eksplorasi konsep menjadi kajian yang menantang untuk memahami apa yang membuat manusia tergerak, bergerak, dan selanjutnya mampu menggerakkan. Manusia tergerak dipengaruhi kerja otak (triune-brain, berpikir cepat- lambat), kebutuhan genetis (5 kebutuhan dasar manusia), tahap tumbuh kembang anak (psikososial). Manusia bergerak karena dipengaruhi  pemahaman mereka tentang teori pilihan, motivasi intrinsik menuju profil pelajar pancasila, nilai guru penggerak dan membiasakan berefleksi menggunakan  model refleksi. Selanjutnya, manusia untuk mampu menggerakkan harus dapat berpikir strategis dan menguatkan lingkaran pengaruh, memahami diagram identitas gunung es, peran guru penggerak dan 4 kategori kompetensi pemimpin di lingkungan sekolah. Dalam ruang kolaborasi kembali menguatkan budaya gotong royong untuk dapat mengkolaborasikan nilai guru penggerak yang telah dimiliki tiap rekan dalam suatu karya video dan di akhir sesi tersebut memberikan apresiasi kepada rekan yang telah memiliki nilai guru penggerak yang diperlukan sebagai pemimpin pembelajaran dan menganalisis peran yang telah dijalankan dalam kegiatan sekolah yang menunjukkan nilai-nilai guru penggerak. Ruang kolaborasi tersebut menjadi momen yang mencerahkan bagi saya sebab lewat ruang kolaborasi saya dapat mengenali kelebihan dan kekurangan dalam diri saya untuk menjadi pemimpin pembelajaran yang berpihak kepada siswa. Tahap selanjutnya adalah demonstrasi kontekstual yang menghasilkan artikel pendidikan tentang visi dan misi guru penggerak mewujudkan merdeka belajar sebagai rancangan kontekstual atas pemahaman materi tentang nilai dan peran guru penggerak yang mudah diwujudkan di sekolah calon guru penggerak. Inti dari demonstrasi kontekstual yang saya pilih menyoroti tentang peran pemimpin pembelajaran yang berpihak kepada siswa. Pendidikan merupakan kesatuan utuh dari pikiran, emosi, dan kemauan sehingga seorang pemimpin pembelajaran harus dapat menyediakan dukungan yang diperlukan siswa untuk tergerak, bergerak, dan menggerakkan dalam proses belajarnya. Dalam elaborasi pemahaman menjadi momen selanjutnya yang mencerahkan bagi saya saat latihan menggunakan triune-brain berpikir cepat-lambat. Proses berpikir otak manusia yang dapat diprediksi memerlukan pelatihan yang rutin dan disiplin, lingkungan dan stimulasi serta penguatan yang positif agar kerja otak optimal dalam menggunakan otak berpikir luhur. Dalam koneksi antar materi saya menemukan benang merah bahwa filosofis pendidikan nasional KHD menurut pemahaman saya memberikan arah pendidikan Indonesia yang menjadi nilai bagi guru penggerak yang diformulasikan dalam profil pelajar pancasila yaitu Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, mandiri, reflektif, kolaboratif, dan inovatif. Melalui nilai tersebut seorang guru dapat menjalankan perannya sebagai pemimpin pembelajaran, pendorong kolaborasi dan kepemimpinan murid, serta coaching bagi guru lain dan penggerak komunitas praktisi.

Perasaan yang Dialami dan Pembelajaran yang Didapatkan

Dalam proses pembelajaran yang mengantar saya pada momen yang mencerahkan saat eksplorasi konsep pada modul 1.1 saya merasa tertantang tentang fungsi dan cita-cita besar dari sebuah institusi bernama sekolah yang sebelumnya belum saya sadari. Dari kesadaran itu saya berpikir apakah selama ini saya telah menjalankan peran dan telah menerapkan nilai-nilai yang dibutuhkan dalam mewujudkan cita-cita tersebut. Saat momen itu terjadi saya merasa optimis dan antusias bahwa saya harus dapat mewujudkan kemerdekaan belajar bagi siswa saya. Dalam momen mencerahkan di modul 1.2 pada tahap ruang kolaborasi, saya merasa kagum bahwa teman-teman saya dalam kelompok telah memiliki nilai-nilai guru penggerak dan berbagi semangat supaya kami dapat konsisten dalam menerapkan pembelajaran yang berpihak kepada siswa. Pada saat itu saya berpikir apakah praktik yang selama ini saya jalankan telah menerapkan nilai-nilai guru penggerak yang antara satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Satu nilai menjadi penguat dan stimulus bagi penerapan nilai yang lainnya. Saya merasa bertanggung jawab untuk dapat menumbuhkembangkan nilai-nilai tersebut dalam praktik pembelajaran saya.

Dalam momen berikutnya yang membuat saya tercerahkan adalah saat elaborasi pemahaman bersama instruktur yang selain merekomendasikan sebuah buku untuk mengawali kembali kebiasaan membaca juga telah memperdalam kembali pemahaman dan rencana serta cara penerapan nilai dan peran guru penggerak dalam diri saya. Hal yang paling saya ingat adalah kesadaran tentang kerja otak yang dipengaruhi oleh emosi. Kesadaran tersebut membuat saya berketetapan hati untuk mengasah kecerdasan emosi siswa yang mendukung ke arah pengoptimalan kerja otak luhur. Saya jadi berpikir apakah selama ini saya telah memperhitungkan emosi setiap siswa saya berdasarkan perbedaan latar belakang, minat, bakat dan kemampuan awal mereka dalam mengorganisasi pembelajaran di kelas saya. Bahkan lebih jauh lagi membuat saya kembali pada pertanyaan dasar apakah saya telah memberikan suasana aman bagi siswa saya dalam pembelajaran. Hal ini menjadi masukan dan bahan refleksi yang penting bagi saya dalam menjalankan nilai dan peran saya sebagai guru yang tergerak, bergerak, dan menggerakkan siswa untuk merdeka belajar.

dokpri
dokpri
Rencana Pengembangan Diri

Setelah menjalani proses pembelajaran dalam program pendidikan guru penggerak modul Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara dan Nilai dan Peran Guru Penggerak saya berketetapan hati untuk melakukan pengembangan diri yaitu untuk memperkuat nilai dan peran saya sebagai calon guru penggerak. Langkah konkret yang saya lakukan adalah untuk memperbaiki praktik pembelajaran saya dengan rutin merefleksikan praktik saya. Refleksi adalah hal yang sangat penting dan efektif untuk memandu dalam menemukan kelebihan dan kelemahan diri. Hal ini akan saya lakukan dengan rajin menulis jurnal atau artikel refleksi dari praktik pendidikan saya. Selanjutnya saya akan mengasah ketrampilan sebagai pemimpin pembelajaran yang menggerakkan diri saya sendiri dan komunitas dalam mengimplementasikan profil pelajar pancasila. Saya ingin lebih mencintai profesi saya dan mengingat kembali alasan saya saat pertama ingin menjadi guru.

Saya akan mencurahkan perhatian dan tenaga saya dalam melatih kemerdekaan gerak lahir dan batin siswa saya. Saya akan mendedikasikan waktu dalam pembelajaran yang menjadikan sekolah sebagai pusat pembentukan karakter siswa sebagai pelajar pancasila. Profil-profil pelajar Pancasila tersebut akan saya programkan untuk menjadi kebiasaan dan melalui aturan yang sistemik agar menjadi karakter. Kegiatan keagamaan, kesenian, kesehatan, gotong royong, kemanusiaan, demokrasi, dan kearifan lokal akan membantu siswa menerapkan nilai-nilai tersebut di sekolah maupun di rumah. Saya akan menggerakkan komunitas prakisi dalam lingkungan pengaruh saya melalui metode coaching yang bukan mengajari atau menggurui melainkan membantu seseorang mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Saya akan mulai membagikan praktik baik dan terbuka untuk diskusi. Guru bergerak, Indonesia maju.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun