Mohon tunggu...
Eva Setiya
Eva Setiya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik Akademi Televisi Indonesia

Bagi saya, menulis tidak hanya sebagai media penyampaian informasi. Tapi terkadang, ia juga bisa menjadi obat bagi diri sendiri. Karena semua beban yang ada di pikiran bisa dituangkan dengan sebuah tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Kupas Fenomena Berburu Pakaian Bekas

23 Oktober 2021   21:39 Diperbarui: 25 Oktober 2021   22:28 3415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
The Salvation Army/Bala Keselamatan di Amerika (Foto : ussfeed.com)

Selain karena ramah lingkungan, ada beberapa faktor yang membuat fenomena ini semakin eksis di seluruh lapisan masyarakat. Dari segi bisnis, keuntungan penjualan baju bekas cukup menjanjikan. “Saya mendapat omzet 100 juta per bulan,” ujar Anwar, salah satu penjual baju bekas di Pasar Senen.

Munculnya tren thrift online shop membuat perkembangan bisnis ini semakin besar dalam mempengaruhi kaum milenial. Jika berkunjung dengan tagar #thriftshop di Instagram, maka kita akan menemukan lebih dari 6,2 juta kiriman. Pelaku bisnisnya pun mulai dari remaja yang masih sekolah, hingga kalangan atas.

 

Salah satu selebgram membagikan hobi berburu pakaian bekas (Foto : Instagram.com/sarahazka)               
            googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-712092287234656005-411');});
Salah satu selebgram membagikan hobi berburu pakaian bekas (Foto : Instagram.com/sarahazka) googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-712092287234656005-411');});

Artis dan influencer juga menyumbang peran dalam perkembangan dunia thrifting di Indonesia. Beberapa orang yang berpengaruh di dunia fesyen seperti Sarah Azka, Ana Octarina dan Claradevi ‘Lucedale’ mengaku suka berburu baju bekas. Tidak menutup kemungkinan, penggemarnya juga mengikuti hobi ini. 

Faktor selanjutnya yang menjadi kunci adalah dari konsumen itu sendiri. Mereka menyukai belanja baju bekas karena bisa mendapatkan barang bagus dengan harga yang lebih murah. “Lebih baik pakaian bekas tapi asli, daripada pakaian baru tapi tiruan alias KW,” ujar Ana, salah satu konsumen baju impor.

Banyaknya inspirasi gaya berpakaian saat ini juga menjadi alasan kuat konsumen rela terjun ke pasar loak. Ini merupakan solusi bagi orang-orang yang mau mengikuti tren, tapi tidak punya uang yang cukup. Karena menurut mereka, bergaya tak perlu dengan biaya mahal.

Jika banyak pembeli yang memilih barang second karena murah, namun tren selama 1-2 tahun ini justru berkebalikan. Penjualan kaos vintage yang unik dan langka sempat viral akhir-akhir ini. Semakin tua umur baju tersebut, maka akan semakin mahal harganya.

Ternyata, konsumen pun tetap rela merogoh kocek demi baju kuno tersebut. Karena, dinilai mempunyai sejarah di dalamnya. Hal ini menjadi salah satu bukti bahwa thrifting memang sudah menjamur, terlepas dari alasan ekonomi dan lingkungan.

Pakaian Bekas dari Segi Hukum dan Kesehatan

Meski permintaan masyarakat akan pakaian bekas sangat tinggi, namun sebenarnya bisnis ini melanggar undang-undang. Salah satunya adalah Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 51/MDAG/PER/7/2015. Peraturan tersebut berisi larangan impor pakaian bekas karena alasan kesehatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun