Mohon tunggu...
Euis Sri Nurhasanah
Euis Sri Nurhasanah Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger

Blogger, perayap teks, penyuka buku, film, & jalan-jalan. Blog saya yang lain: www.isrinur.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Menuju Permukiman 100-0-100 & Dukungan RISHA

19 Mei 2015   04:43 Diperbarui: 4 April 2017   16:11 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masalah permukiman di Indonesia merupakan salah satu PR besar dalam pemenuhan infrastruktur dasar. Beragam tantangan di bidang permukiman muncul menjadi isu strategis nasional, seperti persoalan permukiman kumuh di kawasan perkotaan, akses masyarakat terhadap air minum, persampahan, sanitasi, hingga meningkatnya backlog perumahan, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Kebutuhan perumahan terus meningkat pesat, khususnya di area perkotaan. Data Puskim mencatat, kebutuhan perumahan di perkotaan meningkat rata-rata 3,5% per tahun. Untuk menjawab tantangan tersebut, Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman (Puskim), Balai Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PUPR) telah mengembangkan sejumlah produk inovasi teknologi terapan. Dukungan inovasi teknologi ini sangat diperlukan sebagai upaya untuk mengakselerasi perwujudan program Kementrian PUPR yang dinamakan 100-0-100. Program permukiman 100-0-100 menargetkan 100% akses air minum, 0% kawasan kumuh, dan 100% akses sanitasi pada 2019.

Untuk mensosialisasikan produk hasil inovasi teknologi permukiman tersebut, Pusat Litbang Permukiman menyelenggarakan Kolokium Hasil Litbang Bidang Permukiman tahun 2015 dengan Tema “Dukungan Inovasi Teknologi dalam Mewujudkan Permukiman Layak Huni dan Berkelanjutan”. Rangkaian kegiatan Kolokium berlangsung di Bandung pada tanggal 4-8 Mei 2015 lalu. Sebagai salah satu bagian dari rangkaian kegiatan ini, pada 7 Mei 2015 sejumlah Kompasianer berpartisipasi dalam kegiatan Kompasiana Nangkring bersama Kementerian PUPR. Kegiatan berlangsung di Graha Wiksa Praniti (GWP), Jl. Turangga 5-7 Bandung, dimana Kompasianer mendapatkan penjelasan seputar teknologi hasil litbang permukiman dan melihat langsung contoh teknologi yang diterapkan di GWP. Selain itu, Kompasianer juga berkesempatan mengunjungi tempat pengolahan air DAS, workshop RISHA, dan MCK Terpadu di Desa Cimanggung, Sumedang.

[caption id="attachment_418359" align="aligncenter" width="565" caption="Para pembicara & moderator Kompasiana Nangkring Bersama Kementerian PUPR"][/caption]

Kegiatan Kompasiana Nangkring "Mengupas Penerapan Teknologi Bidang Permukiman" menghadirkan 3 orang pembicara, yaitu Iwan Suprijanto, ST, MT (Kepala Bidang Program dan Kerjasama), Sarbidi,ST, MT (peneliti bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Permukiman), dan Budiono Sundaru (perekayasa bidang Perumahan dan Lingkungan), dimoderatori oleh Wardah Fajri. Pembicaraan dibuka oleh Pak Iwan dengan gambaran umum mengenai permukiman, tantangannya, dan bagaimana inovasi teknologi dibutuhkan untuk mendukung akselerasi realisasi program 100-0-100. Pak Budiono mengupas tentang teknologi perumahan RISHA sesuai bidangnya, sementara Pak Sarbidi menjelaskan perihal teknologi pengolahan air, khususnya mengenai subreservoir.

Target 100% akses minum, 0% kawasan kumuh, dan 100% akses sanitasi tentu saja merupakan tantangan besar. Pada tahun 2014, capaian target untuk akses sanitasi di lingkup pelayanan nasional baru 60,5%, pengurangan luasan kawasan kumuh perkotaan 10%, dan akses air minum 68,5% (data Bappenas dan Direktorat Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum). Mengembangkan teknologi terapan yang dapat mendukung akselerasi realisasi program 100-0-100 adalah salah satu strategi yang diupayakan oleh Kementrian PUPR. Selain dari sisi teknologi, untuk mewujudkan pemukiman layak huni dan berkelanjutan tentunya memerlukan dukungan dari berbagai pihak, tak saja dari penguatan internal Kementerian PUPR sendiri, melainkan juga dukungan stakeholder.

RISHA, Rumah Instan Sederhana Sehat

Di bidang perumahan, RISHA (Rumah Instan Sederhana Sehat) adalah salah satu produk teknologi terapan hasil litbang Kementerian PUPR. Dibilang instan karena memang uniknya RISHA terletak pada struktur komponen bangunannya yang menggunakan panel-panel pracetak yang dapat dibongkar pasang (Knock Down System). Karena panel-panelnya sudah jadi dan tinggal pesan saja, pembangunan rumah jadi lebih efisien dari segi waktu maupun sumber daya dan biaya. Kasarnya, pesan pagi sore jadi. Dengan catatan seluruh komponen sudah siap tersedia, pembangunan RISHA tipe 36 cukup memerlukan waktu 24 jam dengan 3 orang pekerja saja. Biarpun instan, RISHA seperti namanya adalah rumah layak huni dengan biaya terjangkau karena menyasar pada kebutuhan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah. RISHA sudah didukung paten, no. dagang, juga sudah memenuhi standar bangunan layak huni dan tahan gempa. Karena sifatnya yang fleksibel dan dapat dibongkar pasang, RISHA dipilih sebagai model penanganan gempa. Tak saja sebagai rumah, RISHA bisa dimodifikasi untuk aneka bangunan fasilitas umum seperti kantor, rumah sakit, rumah ibadah, dll.

Konsep RISHA yang terdiri atas 3 jenis panel utama (P1, P2, P3) yang dapat dibongkar-pasang terinspirasi dari permainan lego atau tamiya. Moto RISHA yaitu "BMW" (Biaya terjangkau, Mutu terjamin, dan Waktu pengerjaan yang singkat). Beberapa keuntungan RISHA antara lain:
- Pembangunan Bertahap
- Dapat dikembangkan pada arah horizontal dan vertikal (2 lantai)
- Dapat dibongkar pasang
- Komponen ringan (maksimum 50 kg)
- Pemasangan hanya 1 hari (bilamana kondisi SDM dan lapangan seperti disyaratkan)
- Komponen dapat diproduksi secara home industry dalam upaya pengembangan UKM
- Fleksibilitas desain tinggi, tergantung kreatifitas arsiteknya
- Dapat mengakomodasi potensi lokal (budaya maupun bahan bangunan)

[caption id="attachment_418361" align="aligncenter" width="594" caption="contoh RISHA yang ada di Graha Wiksa Praniti"]

1431984515371252326
1431984515371252326
[/caption]

Jaman sekarang harga bahan bangunan semakin mahal, sementara daya beli masyarakat turun sebagai akibat inflasi (distorsi pasar). Meski lebih terjangkau secara biaya, umumnya masyarakat membangun rumah secara kredit. Apalagi mempertimbangkan RISHA diperuntukkan terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Disinilah RISHA masih menemui kendala. Karena instan dan bongkar-pasang itu, pihak perbankan malah belum memberikan kepercayaan kepada RISHA untuk membuka skema pembiayaan sebagaimana umumnya pembangunan rumah konvensional. Ini sangat disayangkan. Dukungan skema pendanaan juga tentunya sangat diperlukan untuk mewujudkan perumahan layak huni bagi masyarakat. Yang menjadi catatan, perbankan juga perlu diedukasi tentang syarat-syarat standar bangunan. Real estate belum tentu tahan uji.

[caption id="attachment_418362" align="aligncenter" width="616" caption="MCK Terpadu di Sumedang yang dibangun dengan konsep RISHA"]

14319846131630122470
14319846131630122470
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun