Mohon tunggu...
Esti Maryanti Ipaenim
Esti Maryanti Ipaenim Mohon Tunggu... Jurnalis - Broadcaster, seorang ibu bekerja yang suka baca, nulis dan ngonten

Menulis gaya hidup dan humaniora dengan topik favorit; buku, literasi, seputar neurosains dan pelatihan kognitif, serta parenting.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Riset Sederhana tentang Literasi Pengguna Kendaraan Bermotor

21 Januari 2019   14:18 Diperbarui: 22 Januari 2019   12:20 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : geotimes.co.id

"Saya pakai Honda Beat, kalau ke SPBU dapat yang premium, Alhamdulillah. Kalau gak ada, ya terpaksa pake pertalite. Kalau pertalite yang antrinya banyak karena premium-nya juga lagi kosong, ya diisi pertamax aja."

Begitu ungkap salah seorang pengguna sepeda motor merek Honda Beat yang saya kenal. Dari jawabannya terlihat, pengguna yang satu ini tentu minim literasi tentang bahan bakar dan mesin motor.

Bagaimana bisa saya katakan demikian?

Belakangan ini saya berencana untuk membeli sepeda motor, dan karena saya sangat awam terhadap kendaraan bermotor, saya mulai banyak membaca hal ihwal tentangnya. Bahkan sampai menghitung-hitung biaya bahan bakar serta pemeliharaan mesin yang harus saya keluarkan ke depannya dan efek polusinya terhadap lingkungan. Maklum, bukannya sayang duit, tapi saya tipe yang ingin memaksimalkan segala sesuatu yang saya miliki untuk kemanfaatan. Sehingga kalau nantinya punya aset yang fungsional seperti kendaraan, meskipun harga beli di awal mahal saya tidak berkeberatan, asalkan dalam pemakaiannya kendaraan itu harus hemat anggaran, mesin tahan lama, dan ramah lingkungan.

Setelah membaca, saya pun melakukan riset kecil-kecilan dengan bertanya ke orang-orang terdekat yang sudah lama menggunakan kendaraan bermotor. Salah satunya tentang pemilihan jenis bahan bakar.

Bensin kendaraanmu sudah sekarat, Kamu akhirnya berhenti di pompa bensin. Tentunya ada beberapa jenis bahan bakar yang tersedia - jenis premium yang berbiaya rendah yang ditandai dengan RON 87, atau jenis pertalite dengan harga sedang untuk RON 90, atau justru bahan bakar jenis pertamax atau pertamax plus yang memiliki peringkat 91 oktan dan harganya diatas premium dan pertalite. Mana yang akan otomatis kamu pilih?

Begitu kira-kira pertanyaan saya, dan jawaban yang saya dapatkan sangat beragam, serta cukup menunjukkan adanya keragaman tingkat literasi mengenai kendaraan bermotor di antara para penggunanya sendiri. Bahkan faktanya masih banyak pengguna kendaraan bermotor tidak paham tentang apa yang dimaksud dengan peringkat oktan.

Apa itu Peringkat Oktan?

Mesin mobil maupun motor membutuhkan jenis bensin yang sesuai dengan desain mesin itu sendiri agar dapat bekerja dengan baik dan menghasilkan kinerja yang optimal. Jenis bensin tersebut biasanya diwakili dengan angka peringkat oktan (RON).

Jika kita cermati spesifikasi kendaraan pada brosur biasanya akan menampilkan informasi rasio kompresi (Compression Ratio / CR). CR ini adalah hasil perhitungan perbandingan tekanan yang berkaitan dengan volume ruang bakar terhadap jarak langkah piston dari titik bawah ke titik paling atas saat mesin bekerja. Bensin dengan oktan rendah lebih mudah terbakar. Semakin tinggi nilai CR pada mesin artinya membutuhkan bensin bernilai oktan tinggi. Mesin berkompresi tinggi membuat bensin cepat terbakar (akibat tekanan yang tinggi), yang akan menjadi masalah adalah, ketika bensin terbakar lebih awal sebelum busi memercikkan api. Saat piston naik ke atas melakukan kompresi, bensin menyala mendahului busi, akibatnya piston seperti dipukul keras oleh ledakan ruang bakar tersebut. Itulah mengapa kita sering mendengar istilah "Ngelitik" (pinging/knocking). Perlahan namun pasti membuat piston seperti permukaan bulan, atau bahkan bisa sampai bolong. Saat terjadi 'ngelitik', bensin tidak menjadi tenaga yang terpakai. Kerja mesin tidak optimal. Karenanya mesin yang CR nya tinggi, memerlukan bensin yang lambat terbakar. Semakin tinggi nilai CR, bensin harus semakin lambat terbakarnya (oktan tinggi).

Banyak para pengguna kendaraan bermotor yang abai akan hal ini. Mereka berpikir bahwa asal mengisi bahan bakar dan motor bisa dikendarai saja sudah cukup. Padahal penting sekali untuk mengikuti saran dari manual mesin motor atau mobil saat pertama kali membeli dan tetap konsisten menggunakan bahan bakar yang disarankan, dan tidak gonta ganti. Yang jadi masalah, banyak orang yang justru seenaknya gonta-ganti BBM. Hari ini pakai pertamax, besoknya pakai pertaltite, ganti lagi pakai premium, dan lainnya. Selain itu, ada juga suka mencampur premium dengan pertamax untuk mendapatkan bahan bakar setara dengan pertalite. 

Cara-cara inilah yang sangat berbahaya. Pasalnya saat bahan bakar yang biasa digunakan ini diganti, otomatis mesin akan menyesuaikan kembali kompresinya. Peralihan yang sangat cepat inilah yang bisa mendatangkan dampak buruk bagi mesin, salah satunya masalah performa yang loyo, mesin mudah rusak dan bahkan sulit dihidupkan. Bila memang ingin mengganti, sebaiknya ganti sekalian dan konsisten dengan bahan bakar pengganti tersebut. Jangan dicampur-campur!

Keputusan Memilih Harga Murah atau Ketahanan Kendaraan

Literasi tidak hanya soal pengetahuan, tetapi soal kemampuan mengambil keputusan. Pada kenyataannya, banyak kita lihat, khususnya di SPBU, motor-motor yang berkompresi tinggi ikut mengantri di pompa bensin jenis premium. Faktor ekonomi lebih mendesak untuk mempengaruhi keputusan para pengguna ketimbang dampak rusak ke depan pada mesin motornya.

Pada kondisi darurat, motor-motor berkompresi tinggi bisa saja menggunakan BBM jenis premium yang bersubsidi. Namun kalau dipaksa terus menggunakan asupan yang kurang bagus ini, maka pencernaan "perut" mesin juga tidak akan bekerja dengan normal. Alih-alih melakukan penghematan ini malah akan membuat para pengguna mengeluarkan dana lebih banyak di masa depan untuk perbaikan mesin.

Memikirkan Tentang Lingkungan

Salah satu poin literasi yang perlu dipertimbangkan adalah mengenai kesadaran para pengguna kendaraan bermotor bahwa mereka ikut andil dan bertanggung jawab dalam menjaga lingkungan bebas dari polusi asap kendaraan. Memilih bahan bakar berimplikasi langsung pada emisi yang dikeluarkan yang akan berdampak terhadap kesehatan dan pencemaran lingkungan. Pembakaran bahan bakar minyak, selain menghasilkan energi, juga menghasilkan gas buang yang amat beracun seperti karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida (NO2), dan sulfur dioksida (SO2) yang menyebabkan hujan asam dan pemanasan global.

Dampak penggunaan bahan bakar minyak di Indonesia, khususnya di kota-kota aglomerasi, makin serius manakala kualitas bahan bakar yang digunakan masih rendah. Indikator bahan bakar yang masih rendah kualitasnya adalah kandungan oktan number (RON). Semakin tinggi kandungan RON suatu bahan bakar minyak, makin rendah emisi gas buangnya dan semakin rendah kadar RON-nya, makin buruk dampaknya terhadap lingkungan serta kesehatan manusia tentunya.

Pada akhirnya, riset sederhana saya tentang kendaraan bermotor ini memberikan saya gambaran bahwa tingkat konsumerisme terhadap kendaraan bermotor di negara ini yang sangat tinggi belum dibarengi dengan kecerdasan penggunaannya secara lebih mumpuni.

Semoga kedepannya kita lebih bijak memilih bahan bakar agar kendaraan yang kita pakai lebih awet dan optimal!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun