Mohon tunggu...
Estining Widyastini
Estining Widyastini Mohon Tunggu... Karyawan PT PLN (Persero) Distribusi Jateng dan D.I.Y -

Estining widyastini, bekerja di PT PLN (Persero)Distribusi Jateng dan D.i.Y di Bidang Kehumasan. Lahir, 30 Juni 1967 dI Salatiga.Menyukai musik, buku, film dan semua tentang seni.Pernah tinggal Banten,Suralaya cukup lama.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rumah Sejuta Cinta Ibu

19 Desember 2018   14:51 Diperbarui: 19 Desember 2018   15:11 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tulisan ini saya persembahkan untuk almarhumah ibunda tercinta Ny,Soedartirah Maryono ( AL Fatihah), seorang ibu yang benar-benar mengagumkan saya sebagai anaknya.Makin saya merenung, benar-benar ibu saya sungguh luar biasa. 

Ibu wanita, perempuan yang melahirkan kami dengan 11 ( sebelas) anak,  untuk jaman sekarang mungkin sungguh-sungguh woow.  Hampir tiap tahun atau 2 tahun Ibu melahirkan, di  engah kesibukannya mengajar bahasa Inggris di Sekolah Keguruan di Salatiga.  

Satu yang membuat saya kagum dan terharu, ada kebiasaan rutin ibu yang tak pernah lepas ditingalkannya, sholat tahajud setiap malam sambil mendoakan kesebelas anak-anaknya, agar bisa mengarungi kehidupan, sukses dunia wal akaherat, di dalam setiap sholat, nama 11 (sebelas) anaknya selalu disebut.  

Ada lagi kebiasaan ibu yang membuat saya meneteskan air mata sekaligus bercampur bangga, ibu akan menyapa dan tersenyum kepada hampir semua orang-orang yang ditemuinya,sambil bersalaman. Kata ibu dunia akan tersenyum kalau kita tersenyum. Ibu ibu zaman dulu membesarkan dengna segala keterbatasan, bisa enjoy juga,kami anak-anaknya saling berbagi peran, ada yang bertugas masak, momong adik, mencuci pakaian , dulu tanpa mesin cuci,dan semua dilakukan bersama-sama. 

Oleh karena itulah karena keadaan terpaksa,kami anak-anak perempuan semua bisa memasak baik yang sederhana maupun agak rumit sekalipun.   

Rumah kami di Salatiga,Kartini waktu itu terbilang cukup besar, mengingat anak  bapak ibu juga banyak, tak cukup itu, selain dengan sebelas anaknya, keponakan bapak juga pada ikut, sehingga rumah benar-benar hangat. 

Kami tidak berlebih namun cukuplah untuk sekedar makan dan menyekolahkan anak-anak sampai jenjang kuliah. Ada lagi kebiasaan Ibu yang patut saya jadikan teladan, kebiasaan ibu menyantuni, sedekah kecil yang rutin kepada para peminta yang mampir ke rumah, kata ibu"Itu tabungan kita di akherat nanti". 

Saat yang membahagiakan bagi kami adalah makan berebut, ternyata nikmat, makan sama tempe dan kerupuk atau intip diberi kelapa itu nikmatnya luar biasa. Betapa besar jasa ibu dalam menemani hari-hari saya, terutama waktu saya sakit...tak terkira perjuangannya menemani siang dan malam dengan ikhlas. Ibu suka mengajar bahasa Inggris sambil diselilingi menyanyi, lagu kesukaaannya "Mother How Are Today Day" dan 'Morning Is Broken". 

Kata ibu saya Bahasa Inggris  akan mudah diserap bila dibawakan dengan gembira. Oh ya ibu juga senaag berjamaah subuh ke masjid dengan bapak  setiap subuh, meneurut ibu subuh, udaranya bersih sekali dan baik untuk kesehatan, rejeki akan datang di waktu subuh, jangan sampai rejeki subuh didahului oleh kokok ayam. 

Tentang rumah kami yang besar, dengan adik adik yang kecil-kecil waktu,sungguh dipastikan rumah tak akan rapi, sayalah waktu itu yang bertugas merapikan dan seketika itu pula diberantakin oleh adik -adik dan Suadara saya, memang dulu saya sedikit perfect. 

Ibu saya santai ketika rumah berantakan, karena adik-adikasik -asik bermain dan beliau bilang"Ada saatnya kamu nanti akan kangen akan berantakan rumah, tandanya rumah itu hidup,berjiwa, bayangkan kalau rumah ini terlalu rapi tanpa berantakan tanpa ada yang mengotori, itu tandanya bukan rumah, tapi sebuah bangunan. Di tengah rinai hujan dan hening malam,selepas maghrib, ibu akan mengaji walau beberapa ayat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun