Barangkali, kita semua sedang membangun versi Caserta dalam hidup kita. Istana yang tak terlihat, disusun dari ambisi, pencapaian, gelar, atau pengakuan.Â
Kita merancangnya agar dunia percaya kita berhasil. Tapi pada malam hari, ketika semua cahaya telah padam dan layar diri ditutup, kita sadar istana itu sejatinya kosong. Tak ada yang tinggal di dalamnya, bahkan kita sendiri pun enggan duduk terlalu lama di dalam keheningan yang kita bangun.
Seringkali, kita tidak ingin pulang ke dalam diri kita sendiri, karena kita tahu betapa hening dan dinginnya ruang itu.
Sebelum meninggalkan istana, saya menatap sekali lagi langit-langitnya. Para dewa buatan itu membeku di udara, tak bergerak tapi juga tak lenyap.Â
Mereka seolah membisikkan sesuatu kepada siapa pun yang berani merenung, bahwa mereka ditinggikan bukan karena mereka kuat, tapi karena manusia terlalu takut jatuh.
Saya berjalan keluar tanpa membawa apa pun kecuali kesadaran: bahwa yang paling mewah bukanlah istana dari marmer, melainkan keberanian untuk hidup dengan tenang, meski tanpa dikenang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI