Tangan kecil Hendri, bocah berusia 11 tahun, bergerak begitu lincah saat mengupas butir kelapa meggunakan sula yaitu besi dengan ujung tajam seperti tombak meghadap ke atas, sedangkan bagian ujung lainnya ditancapkan ke tanah
Tanpa rasa ragu dan cemas terluka, Hendri begitu cekatan menghunjamkan butir kelapa ke bagian ujung sula yang tajam kemudian membuat gerakan sedikit melintir untuk melepaskan sabut kelapa. Hanya hitungan detik, sabut kelapa terlepas dari butir kelapa.
Tak heran, saking cepatnya, warga Sapat, Kecamatan Kuala Inderagiri, Kabupaten Inderagiri Hilir, Provinsi Riau yang masih duduk di bangku kelas V Sekolah Dasar ini bisa mengupas ratusan sampai seribu butir buah kelapa dalam satu hari.
" Saya meyambi kerja mengupas buah kelapa setiap kali pulang sekolah. Setiap butir dapat upah seratus lima puluh rupiah," ungkap Hendri saat ditemui di lokasi pekerjaannya di jalan lurus menuju komplek pemakaman Tuan Guru Sapat, belum lama ini.
Hendri hanya salah seorang dari warga Kabupaten Inderagiri Hilir, Riau yang memanfaatkan berkah buah kelapa. Ribuan warga lainnya di seluruh kecamatan di wilayah Kabupaten Inderagiri Hilir, juga menopang hidup dari berkah buah kelapa.
Pilihan masyarakat Inderagiri Hilir untuk menopang hidup dari berkah buah kelapa tentulah tidak perlu diherankan. Pasalnya kelapa dengan berbagai produk industri hilirnya memang menjadi komoditas unggulan Kabupaten Inderagiri Hilir
Kabupaten Inderagiri Hilir yang berdiri 14 Juni 1965 Â berdasarkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1965, kini terus tumbuh dan berkembang. Semua ini tidak terlepas dari peran strategis kelapa sebagai komoditas unggulan dengan potensi 5,5 milyar butir kelapa per tahun
Kabupaten Inderagiri Hilir kini didukung 20 kecamatan dan 236 desa/kelurahan dengan jumlah penduduk berdasarkan data 2020, sebanyak 654.909 jiwa. Dari jumlah penduduk ini sebanyak 67 persen diantaranya petani kebun
Wilayah Kabupaten Inderagiri Hilir dengan luas 18.812,97 km2 ini hanya 7,46 persen merupakan dataran tinggi, sedangkan 82,54 persen lainnya merupakan dataran rendah tempat tumbuhnya pohon kelapa
Wilayah ini  memiliki panjang garis pantai 339,50 kilo meter yang sebagian besar ditumbuhi pohon kelapa secara alami. Namun di wilayah Kabupaten Inderagiri Hilir juga ditemukan banyak kebun kelapa milik masyarakat dan perusahaan
Berdasarkan data Dinas Perkebunan Inderagiri Hilir, ada lima perusahaan besar yang bergerak di bidang hilirisasi kelapa. Lima perusahaan ini memiliki tingkat demand yang tinggi mencapai 1,8 milyar butir kelapa per tahun untuk bahan produksi industri hilir
Lewat lima perusahaan besar ini, Inderagiri Hilir dikenal sebagai daerah produsen minyak kelapa (coconut oil), bungkil kelapa (coconut extraction pellet), santan kelapa (coconut cream), air kelapa kemasan (coconut water), kelapa parut (dessicated coconut) dan banyak produk lainnya lagi.
Kebun kelapa rakyat di wilayah Inderagiri Hilir ini juga memiliki luas yang cukup menakjubkan, mencapai 341.072 hektar atau 11 persen dari luas kebun kelapa nasional. Kondisi ini pula yang menempatkan Kabupaten Inderagiri Hilir sebagai kawasan dengan hamparan kebun kelapa terluas di duniaÂ
Kelapa memang telah menjadi identitas Kabupaten Inderagiri Hilir. Tambah lagi, tahun 2017 lalu, Bupati Inderagiri Hilir H.M Wardan dipercaya untuk menggelar pertemuan internasional untuk negara-negara penghasil kelapa
Dalam ajang yang berjuluk International Coconut Festival atau Festival Kelapa Internasional di ibu kota Kabupaten Inderagiri Hilir, Tembilahan, hadir kala itu delegasi Belanda, Tiongkok, India, Thailand, Sri Langka, serta negara jiran Singapura dan Malaysia.
Selain itu hadir pula delegasi dari daerah-daerah penghasil kelapa di Indonesia. Dari gelaran ini, Kabupaten Inderagiri Hilir yang letaknya jauh di wilayah timur Provinsi Riau, bisa dikenal di tingkat nasional dan internasional.
Bupati Wardan tidak berhenti sampai di sini. Ia terus berupaya melalui inovasi, regulasi serta kebijakan budi daya untuk meningkatkan potensi kelapa dalam rangka  peningkatan kesejahteraan rakyat. Langkah ini pula yang mengantarkannya meraih berbagai penghargaan
Dalam helat nasional para jurnalis Indonesia yang dikenal dengan Hari Pers Nasional di Medan 9 Februari 2023 lalu, Bupati Inderagiri Hilir, H.M Wardan serta bupati lainnya dari Pulau Jawa dan wilayah timur Indonesia mendapatkan penghargaan dari PWI Pusat sebagai bupati yang berprestasi
Sejarah kelapa di Inderagiri Hilir beriringan dengan keberadaan wilayah ini. Namun kebun kelapa rakyat yang mulai dikelola secara modern diawali sejak dikenalnya teknik tata kelola air melalui parit atau tanggul pada tahun 1910
Teknik ini diperkenalkan seorang ulama yang juga Mufti Kerajaan Inderagiri, Syekh Abdurrahman Siddiq al Banjari atau lebih akrab dikenal dengan julukan Tuan Guru Sapat. Di setiap sisi kebun kelapa rakyat dibangun parit atau tanggul yang memiliki banyak fungsi
Selain berfungsi untuk pengaturan air ketika terjadi pasang naik ataupun pasang surut, parit yang dibangun juga berfungsi sebagai prasarana angkut hasil panen. Melalui parit, kelapa yang sudah dipetik, dihilirkan hingga memasuki pemukiman
Dari catatan pemerintah Kabupaten Inderagiri Hilir, selain tanggul lama yang dibangun secara konvensional, ada juga tanggul baru yang sudah memfungsikan pintu air secara otomatis untuk pengaturan air
Tanggul yang memfungsikan klep pintu air secara otomatis ini dibangun sejak 2013 lalu. Jika air dalam tanggul lebih tinggi dari air di luar, pintu tanggul akan terbuka, jika lebih rendah, pintu tanggul akan tertutup. Kini panjang tanggul secara keseluruhan di Inderagiri Hilir sudah mencapai 1081,10 kilo meter.
Tangggul-tanggul atau parit ini tersebar di setiap wilayah kecamatan di Inderagiri Hilir. Itu pula alasannya Inderagiri Hilir disebut Negeri Seribu Parit. Dan bagaimanapun, teknik tata kelola air untuk perkebunan kelapa di Inderagiri Hilir ini adalah pengetahuan yang diwariskan Tuan Guru Sapat
Ketika PWI Riau dengan rombongan sebanyak 48 wartawan menggelar Safari Jurnalistik di Inderagiri Hilir, titik pertama yang dikunjungi adalah komplek pemakaman Tuan Guru Sapat yaitu orang yang berjasa memperkenalkan teknik tata kelola air dalam perkebunan kelapa Inderagiri Hilir
Berangkat dari dermaga Tembilahan, 48 wartawan PWI Riau naik dua unit speed boat kayu. Sebagian ada yang duduk di atas karena di ruang dalam pandangan keluar sedikit terbatas. Perjalanan ini sangat mengasyikkan. Di sepanjang perjalanan tampak terhampar garis pantai yang ditumbuhi pohon kelapa
Naik kendaraan air seperti speed boat kayu bagi wartawan yang belum pernah tentu punya sensasi sendiri. Apalagi di sepanjang perjalanan angin terasa bertiup kencang menampar wajah.
Belum lagi hempasan haluan speed boat terdengar keras ketika menerjang ombak dari speed boat lain saat berpapasan dalam perjalanan. Hempasan haluan ini memberikan sensasi yang luar biasa. Sensasi ini tidak akan pernah ditemukan wartawan yang meliput di ibu kota Provinsi Riau, Pekanbaru
Dari Sapat rombongan wartawan menuju Kuala Enok tepatnya ke PT Pulau Sambu di Kecamatan Tanah Merah. Perusahaan ini berdiri sejak 1967. Pada tahap awal perusahaan ini beroperasi secara tradisional memproduksi minyak kelapa mentah untuk kebutuhan pasar lokal
Kini PT Pulau Sambu Kuala Enok sudah memproduksi coconut oil, coconut cream, coconut water, serta desicated coconut untuk kebutuhan pasar nasional dan internasional. Industri pengolahan PT Pulau Sambu Kuala Enok ini cukup besar dengan kapasitas terpasang 1 juta butir kelapa per hari
Tapi yang paling menarik adalah proses akulturasi budaya. Masyarakat suku Duano yang kini tinggal di Desa Sungai Blah, dulunya adalah anak suku laut yang tinggal dalam perahu. Suku Duano biasnya mencari nafkah dari menangkap ikan dan mengumpulkan kerang yang mereka sebut "menongkah"
Sejak nenek moyang mereka tinggal di daratan terutama di Desa Sungai Blah, suku Duano juga sudah mengenal budi daya kelapa. Sekalipun masih sebagian kecil dan luasan kebun yang masih terbatas, suku Duano di Sungai Blah sudah mulai membangun kebun kelapa
Sebenarnya, seluruh masyarakat pedesaan di Inderagiri Hilir memanfaatkan berkah kelapa. Apalagi kelapa tidak saja memberi berkah dari daging buahnya, tapi daun, lidi, sabut kelapa, tempurung kelapa bisa dijadikan berbagai peralatan bahkan batang kelapa juga bisa dijadikan bahan bangunan untuk lantai dan tiang rumah.
Kelapa adalah identitas Inderagiri Hilir, berkah kelapa telah dinikmati dan dimanfaatkan masyarakat setempat. Tidak sedikit warga Inderagiri Hilir yang berkesempatan menunaikan ibadah haji dari berkah buah kelapa.
Namun sampai kapan berkah ini bisa dimanfaatkan, semua ini tergantung dari pemerintah daerah dalam menyusun program peremajaan dan budi daya kelapa secara merata di seluruh kecamatan di Inderagiri Hilir. Sehingga slogan kelapa untuk kesejahteraan rakyat akan mudah terwujud
Selain itu, kebijakan pemerintah mengalokasikan anggaran untuk pembangunan dan normalisasi parit, harus masuk dalam skala prioritas setiap tahun anggaran.
Program ini bukan saja untuk keberlangsungan kelapa, tapi program pembangunan dan normalisasi parit, akan menjaga identitas Inderagiri Hilir sebagai negeri yang unik, negeri yang sudah dikenal di dunia internasional, negeri yang berjuluk Negeri Seribu Parit *** Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI